Selasa, 11 Agustus 2009

BAB I - PENDAHULUAN

“Berbahagialah bangsa yang Tuhannya adalah YAHWEH”
(Mazmur 33:12)
(Dan berbahagialah agama yang Tuhannya adalah YAHWEH)

Ada sebuah cerita mengenai seorang yang selama reli kampanye pemilihan umum, menempelkan stiker yang bertuliskan: “Aku sudah mengambil keputusan dalam hatiku – jangan membuatku bingung dengan fakta-fakta” pada bemper mobilnya. Banyak di antara kita yang salah mengadopsi/menerapkan sikap tersebut untuk urusan yang berkaitan dengan kepercayaan (agama) yang kita anut. Kita sudah puas dengan keadaan kita saat ini sehingga kita tidak mau pusing-pusing lagi memikirkan fakta-fakta yang kita anggap malah membingungkan dan mengganggu kita. Sikap semacam ini sangat berbahaya; terutama manakala “fakta-fakta” tersebut berhubungan dengan keselamatan jiwa seseorang.

Selama ini orang menduga bahwa Sesembahan umat Kristen dan umat Muslim adalah Tuhan yang sama, dan yang berbeda hanya ungkapan kebahasaannya serta mode/ragam penyembahannya saja. Namun, setelah empat belas abad berlalu dan mengingat pengalaman-pengalaman kami pada masa kini, kami perlu melakukan suatu studi yang sistematis mengenai keilahian Allah dan meneliti mengenai identitas sesungguhnya dari Tuhan umat Muslim tersebut. Hal tersebut merupakan alasan keberadaan buku ini.

Keseriusan dari isu ini menuntut keterusterangan yang ikhlas, tetapi kami ingin menekankan bahwa buku ini ditulis bukan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa kebencian atau rasa tidak senang kami kepada umat Muslim, namun justru rasa kasih Kristianilah yang mendorong kami menyatakan kebenaran kepada para pembaca pada umumnya, dan khususnya kepada teman-teman Muslim kami yang sangat kami kasihi, sehingga kami dapat menghadapi hari penghakiman dengan berani karena kami telah mempertaruhkan hidup kami untuk mendiskusikan perkara yang penting ini.

“Dalam hal inilah kasih Tuhan sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, … Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yohanes 4:17-18).


Siapakah Allah?
Sejumlah orang sering bertanya: Apakah Allah itu Tuhan? Apakah Allah itu “Tuhan dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus” (Kolose 1:3)? Banyak pendapat bermunculan. Beberapa orang mengatakan Allah adalah Tuhan – Tuhan yang sama dengan Tuhan dalam Alkitab sebagaimana Dia dikenal dalam bahasa Arab. Beberapa orang lain mengatakan hal tersebut di atas tidak mungkin terjadi; mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu siapa Dia, tetapi mereka yakin bahwa Dia berbeda dengan Tuhan dalam Alkitab. Beberapa orang mengatakan bahwa Dia sesungguhnya seorang dewata yang berkuasa, tetapi bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bahkan beberapa orang percaya bahwa ada dua Allah. Mereka mengatakan “Allah” orang Arab dan orang Kristen Hausa berbeda dengan “Allah” orang Islam (Hausa adalah masyarakat kulit hitam Sudan dan Nigeria Utara). Menurut mereka, sementara Allah umat Kristen Arab adalah Tuhan, Allah umat Muslim bukan Tuhan. Namun jika bukan Tuhan, siapakah Dia?

Isu mengenai identitas Allah ini telah terombang-ambing selama bertahun-tahun, dan sekarang sudah saatnya kita menggali fakta-fakta secara terbuka dan menerapkan kebenaran mengenai masalah tersebut. Rekayasa kebohongan yang dilakukan oleh iblis tidak dapat dikalahkan oleh ide-ide yang kabur dan tak jelas. Dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia seperti ini, kebenaran tidak dapat digantikan dengan apapun. Kebenaran yang separo-paro sangat berbahaya. Kita harus mengamati Alquran, Hadis, sejarah, linguistik dan Alkitab secara mendalam agar kita memperoleh informasi mengenai topik ini secukupnya.

Kita perlu menekankan bahwa tidak ada sumber sejarah Islam lain kecuali yang berasal dari sejarahwan Muslim sendiri, terutama yang terkandung dalam tradisi Islam yang disebut Hadis. Tradisi- tradisi ini banyak jumlahnya dan berjilid-jilid dan untuk mempelajarinya sungguh merupakan suatu hal yang sangat menyiksa/melelahkan. Namun karena tidak ada pilihan lain untuk mendapatkan informasi yang secukupnya, kita harus mengacu pada tradisi-tradisi Islam dalam Hadis tersebut.

Tidak semua Sunah maupun Hadis (lihat apendiks) diterima oleh umat Muslim sebagai sumber informasi yang otentik. Oleh karenanya kami mencoba untuk tidak mengutip satupun dari tradisi yang bertentangan dengan Alquran. Tradisi-tradisi yang dikutip hanyalah yang dapat menjelaskan lebih lanjut apa yang telah dikatakan dalam Alquran. Hadis yang secara umum diterima baik oleh kaum Muslim Shiah maupun Sunni adalah Mazalim atau Sahih Al Bukhari, Kitab al zakat oleh Muslim, Shahih Muslim, Mishkatu’l Masabih, Surat’ur Rasul oleh Ibn Ishaq, dan dari penulis lain seperti Ibn Athir, Abu Daud, Abu c Abd ar-Rahmann-al-Nasa dan Abu c Isa Mohammed, Jami’at Tirmidhi, Ibn Majah dan Sunnah An-Nasa’i.

Laporan polesan mengenai perkara ini tidak akan menghasilkan apapun dan hanya akan menggiring pada suatu kesimpulan yang justru lebih membingungkan daripada meyakinkan, dan akibatnya, membahayakan bagi nasib jutaan jiwa umat Muslim yang setia/taat. Konsekuensinya, masalah ini akan menjadi suatu bahan studi yang intensif/menyeluruh dan segala usaha akan dilakukan untuk mengantisipasi semua pertanyaan yang muncul.

Umat Muslim pada umumnya kurang suka menggunakan kata Tuhan, dan lebih suka menggunakan kata “Allah”. Penggantian nama “Allah” dengan “Tuhan” hanya mempersulit isu yang sedang kita hadapi. Mempercayai bahwa Tuhan dan Allah adalah dua oknum yang tidak berbeda sungguh sangat menyederhanakan masalah. Apa yang dikatakan Alquran mengenai hal ini?

Berbicara kepada orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi pada zamannya yang mempunyai bagian/andil dalam obyek peribadahan Islam, Muhammad menyatakan, “Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Satu; dan kami hanya kepadaNya berserah diri” (Surat 29:46; 3:84). Maksudnya, “Allah yang kami sembah dalam Islam dan Yahweh dalam Alkitabmu adalah oknum yang sama”.

Mudah bagi banyak orang untuk menerima pernyataan ini. Namun seorang Kristen atau Muslim yang ingin mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh yang menolak menerima hal-hal sebagaimana tampak dari luar saja dan yang mempelajari secara cermat kitab Alquran dan membandingkannya dengan Alkitab, pasti akan segera mengetahui bahwa kebenaran ternyata tidak sesederhana hal tersebut. Ilmuwan ternama bidang kajian agama Islam, Samuel Zwemer, menulis: “Sebuah nama atau etimologi-etimologi sangat mudah menyesatkan kita. Hampir seluruh penulis mengakui bahwa Tuhan Alquran sama dengan Yahweh atau Bapa Surgawi dalam Alkitab Perjanjian Baru. Apakah pandangan tersebut benar?” Sungguh merupakan suatu pertanyaan besar!

Sejak pertanyaan ini dilontarkan pada tahun 1905, banyak penelitian telah dilakukan. Saat ini, dengan akan bergulirnya abad ini, kita perlu menuntaskan jawaban atas pertanyaan tersebut. Hal tersebut mungkin tidak diterima dengan baik oleh sejumlah orang – terutama ketika mereka mendiskusikan tentang antar-kepercayaan dan menutup mata mereka terhadap urusan mengenai apa yang membagi agama-agama dunia. Dr. Robert Morey menyatakan, “Kecerobohan berpikir yang mengabaikan perbedaan-perbedaan penting yang membagi agama-agama dunia merupakan suatu pelecehan terhadap keunikan dari agama-agama dunia tersebut”.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Prakata, tema ini mungkin tidak sesederhana seperti yang dipikirkan sebagian dari kita. Dan untuk mencegah munculnya problem-problem dan kebingungan yang menyertai isu ini, seorang professor Kristen yang membidangi kajian teologi Islam, Kenneth Cragg, dalam apologetikanya, The Call of the Minaret (Panggilan dari Menara), menyatakan: “Orang-orang yang mengatakan bahwa Allah bukan ‘Tuhan dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus’ adalah benar jika mereka tidak mengartikan bahwa Tuhan tidak didiskripsikan seperti itu oleh umat Muslim. Mereka salah jika mereka mengartikan bahwa Allah adalah oknum yang berbeda dengan Tuhan dari keimanan Kristiani”.1 Sepintas lalu, observasi tersebut nampaknya telah membereskan masalah ini; namun kami rasa isu ini tidak sesederhana itu yang dapat diselesaikan hanya dengan dua kalimat saja. Masalahnya terletak pada sumber/asal usul Alquran sendiri. Apakah klaim-klaim dalam Alquran mengenai pengertian keilahian semata-mata berasal dari pandangan para pemimpin umat Muslim sendiri? Apakah pesan-pesan dalam Alquran diterima langsung apa adanya atau dikonsep sebelumnya?

Satu hal yang harus kita pahami sementara kita melanjutkan diskusi ini yaitu, meskipun apa yang dinamakan filsafat agama memang mungkin ada, agama itu sendiri, secara mendasar, bukanlah suatu filsafat tetapi suatu wahyu. Agama tidak dapat diukur dengan ukuran yang sama seperti kalau kita mengukur filsafat Plato, filsafat Sokrates, filsafat Deskartes atau filsafat-filsafat lainnya. Islam, khususnya, adalah agama yang diwahyukan, paling tidak pada saat kelahirannya. Sungguh sangat membantu kalau kita menyadari bahwa perbedaan atau sebaliknya (maksudnya persamaan) antara Allah dan Tuhan dari keimanan Kristiani bukan semata-mata masalah deskripsi sebagaimana yang disarankan oleh Profesor Cragg.

Umat Muslim tidak mengatakan bahwa mereka sedang mendeskripsikan Allah. Faktanya, Allah tidak dapat dideskripsikan. Yang dapat dilakukan seorang Muslim adalah mengangkat tangan sambil menatap ke langit dan menundukkan kepala dalam penyembahan kepada Allah sambil berseru, “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)! Allah terlalu agung untuk dapat dideskripsikan oleh makhluk manusia. Bahkan dari “99 nama Allah yang sangat indah” dalam Alquran, tidak satupun yang dideskripsikan oleh manusia. Nama-nama tersebut diwahyukan oleh Allah sendiri. Muhammad tidak mengonsep pengertian tentang Allah dalam Alquran. Konsepsi merupakan ide/pengertian seseorang mengenai sesuatu benda/barang; konsepsi adalah hasil pikiran manusia.

Menurut umat Muslim dan Alquran, Islam bukan berasal dari kesadaran Muhammad. Dia mungkin mendapatkan konsepsi dari Tuhan, tetapi agama Islam merupakan wahyu langsung, dan bukan suatu produk dari kecerdasan filosofis. Muhammad hanyalah seorang nabi. Setiap pernyataan dalam Alquran merupakan wahyu Ilahi yaitu, sesuatu yang “diturunkan” (Surat 53:4). Muhammad tidak menulis Alquran. Menurut Alquran, Muhammad adalah seorang nabi yang ummi/umi (buta aksara, Surat 7:158). Masa kecilnya ditandai kemiskinan yang hina papa, dan sangat mungkin dia tidak pernah sekolah. Oleh karenanya, bagaimana mungkin dia dapat menulis sebuah buku – buku yang sangat luar biasa seperti Alquran ini. Alquran diturunkan/diwahyukan dari surga, dan naskah aslinya masih ada tersimpan pada “lempengan batu yang seukuran meja yang ada di surga” atau Indul Al Kitab (Umul al kitab) di surga (di sisi Allah) dan sudah ada di sana sebelum dunia diciptakan (Surat 6:92; 3:7; 43:3-4). Itulah sebabnya, isi buku tersebut (Alquran) tidak perlu dipermasalahkan lagi.

Semua hal tersebut di atas tidak dapat dicerna dan tidak dapat dipercaya oleh pola pikir orang Barat. Namun ini tidak berarti bahwa semuanya itu merupakan klaim yang sia-sia. Kalau semuanya itu disingkirkan berarti tidak ada maujud yang dinamakan Islam. Ratusan juta umat Muslim percaya bahwa Alquran diwahyukan dari surga dan naskah aslinya masih ada tersimpan dalam Induk Alkitab (Di sisi Allah), oleh karenanya kita harus mengawali studi kita atas dasar keyakinan umat Muslim tersebut, paling tidak sebelum kita berusaha untuk meneliti hal-hal tersebut lebih lanjut.

Allah yang terungkap dalam Alquran adalah Allah yang diwahyukan dan bukan suatu konsepsi yang berasal dari para pemuka umat Muslim. Juga bukan sekedar seperti pernyataan umat Kristen bahwa Allah itu “bukan Tuhan dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus”. Dalam buku ini akan terungkap benar tidaknya pernyataan bahwa Allah merupakan suatu wahyu dari Alquran dan bukan seperti yang dinyatakan oleh umat Kristen.

Tuhan alkitabiah juga bukan merupakan hasil suatu deskripsi manusia. Dia menyatakan DiriNya sendiri kepada Abraham, Yakub, Musa, para nabi, dan Dia turun ke dunia untuk memanifestasikan DiriNya sendiri secara badaniah dalam wujud pribadi Yesus dari Nazaret. Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9). Umat Kristen dan umat Yahudi tidak menyusun konsep Tuhan alkitabiah. Tuhan menyatakan DiriNya sendiri yaitu HakikatNya, NamaNYa, KemuliaanNya, Hukum-hukumNya, PengadilanNya, KasihNya, KesucianNya. Kalau semuanya itu disingkirkan berarti tidak ada maujud yang dinamakan Kristen atau Yahudi.

Saat ini, umat Kristen mengenal Tuhan sebagaimana adanya sesuai Alkitab maupun dalam hidup mereka sehari-hari. Demikian juga, dalam nuansa yang sama, umat Muslim mengenal Allah sebagaimana adanya sesuai Alquran maupun dalam hidup mereka sehari-hari. Wahyu-wahyu dan manifestasi-manifestasi (bukan deskripsi-deskripsi) inilah yang menentukan etos Islam dan etika Kristen. Jadi, masalah yang kita hadapi bukan mengenai deskripsi-deskripsi keilahian yang berbeda atau bertentangan antara Kristen dan Islam, tetapi mengenai wahyu-wahyu tersebut di atas. Dan oleh karena wahyu-wahyu tersebut tertulis dalam dua buku, Alquran dan Alkitab, wahyu-wahyu itu merupakan satu-satunya dasar untuk mengidentifikasi siapa Allah itu.

Dalam buku ini, kami bermaksud menjelaskan hakikat Alquran melalui rujukan Alquran itu sendiri, termasuk klaim-klaimnya, dengan Allah sebagai lakon utamanya dan membandingkannya dengan Elohim, Tuhan umat Kristen. Kita harus berpikiran terbuka dalam melakukan perbandingan ini. Kita tidak perlu takut ‘terganggu’ oleh fakta-fakta. ‘Gangguan-gangguan’ semacam ini memang diperlukan. Kami barangkali perlu mohon izin dari umat Muslim untuk mengutip ayat-ayat Alquran. Banyak orang Muslim merasa kurang senang kalau umat non-Muslim mengutip ayat-ayat Alquran karena takut kalau-kalau terjadi interpretasi yang tidak Islami. Namun kalau Alquran memang mengandung fakta-fakta yang jelas dan merupakan firman Allah untuk menyelamatkan umat manusia, umat manusia harus bebas membacanya dan merujuknya dalam melaksanakan wacana religious mereka. Dalam Alkitab terungkap bahwa setanpun diizinkan Tuhan mengutip firmanNya (Matius 4:5-7). Namun demikian, dalam mengutip Alquran, kami tidak setuju dengan Al-A’shari yang menyatakan bahwa Alquran harus diterima bi-la-kayf artinya “tanpa mengajukan pertanyaan apapun”. Sebagai mahasiswa, kami mohon dengan segala hormat kiranya kami diizinkan untuk menolak konsep Islam yang disebut “Ta abbudi” artinya bahwa Alquran harus “diterima tanpa kritikan”. Oleh karena kami bermaksud mempelajari Alquran lebih dalam kami pasti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dan pertanyaan pertama yang ingin kami ajukan adalah:


Siapakah Yang Menulis Alquran?
Kami telah berbicara mengenai siapa pengarang Alquran dan masih akan membicarakan hal tersebut dalam bab berikut ini dengan lebih mendalam lagi. Asumsi umum yang kami buat ini akan menentukan bagaimana kami menangani isu di depan kami ini. Pada umumnya, sebagian besar umat Muslim percaya bahwa Alquran, buku Suci mereka, diturunkan/diwahyukan dari surga dan diberikan kepada Muhammad dalam ujud bendelan buku atau lembaran-lembaran secara berangsur-angsur. Berbagai ayat dalam Alquran mendeklarasikan bahwa Alquran diturunkan oleh Allah (Surat 3:3; Surat 4:105; Surat 4:113; Surat 31:21; Surat 42:17; Surat 76:23). Tetapi kalau kami merujuk pada Alquran melalui ayat-ayat yang terkandung di dalamnya untuk menentukan siapa pengarangnya, kami akan sampai pada sebuh jawaban yang tidak definit. Sebagai contoh, Surat 26:192-194 dan Surat 16:102 menyatakan bahwa Muhammad menerima Alquran dari “Roh Suci”. Tetapi dalam Surat 53:2-18 dan Surat 81:19-24, kami membaca bahwa inspirasi Alquran diantarkan langsung secara pribadi kepada Muhammad oleh “utusan Allah yang mulia, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah”, dan bahwa Muhammad melihat utusan Allah tersebut. Di bagian lain dari Alquran kami membaca bahwa malaikat Jibril yang membawa Alquran turun ke dalam hati Muhammad dengan seizin Allah (Surat 2:97). Selanjutnya dalam Surat 15:8, kami mengetahui bahwa yang menurunkan Alquran sesungguhnya bukan Allah sendiri, bukan Jibril, dan bukan Roh Suci, melainkan “para malaikat” yang menamakan diri “kami” (bentuk jamak). Seandainya anda seorang Muslim dan anda menjadi bingung dengan pernyataan tersebut, kami bisa memahami kebingungan anda tersebut.

Beberapa orang Muslim terpelajar percaya bahwa lebih beralasan untuk menganggap Alquran sebagai bentuk tertulis dari pesan verbal yang diberikan kepada Muhammad, dan dengan demikian jadilah wahyu itu (interpretasi penerjemah atas kalimat ini adalah bahwa lebih beralasan kalau dikatakan bahwa Muhammad menerima pesan Ilahi secara lisan dan kemudian pesan lisan tersebut ditulis dalam bentuk buku yang dinamakan Alquran). Bila seseorang membaca komentar-komentar dari sebagian besar ilmuwan Islam yang menterjemahkan Alquran, dia dengan mudah dapat melihat bahwa, terpisah dari romantisme stereotip, mereka (ilmuwan Islam penerjemah Alquran tersebut) juga tidak bisa memastikan bahwa Alquran adalah buku Allah.

Seorang mahasiswa yang teliti yang membaca Alquran baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa terjemahan akan melihat bahwa, terpisah dari kutipan-kutipan langsung peristiwa-peristiwa yang dilaporkan, sebagian dari narasi-narasi yang terkandung di dalamnya menamakan pembicaranya/penulisnya sebagai “kami”, sebagian lagi menamakan pembicaranya sebagai “dia” dan kemudian sebagai “saya/aku”, dan seterusnya. Ada beberapa bagian dimana penulis mengalamatkan tulisannya kepada Allah. Penulis nampaknya lupa bahwa dia harus mempertahankan narasinya agar tetap pada keadaan dimana Allah adalah penulisnya, dan dalam kelupaannya kemudian dia merubah nama yang seharusnya nama Allah sebagai penulis narasi itu dengan nama seseorang lain. Misalnya, ketika pembicara/penulis mengatakan: “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini … dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Surat 27:91), seseorang mungkin akan bertanya siapakah yang berbicara – Allah atau seorang penulis? Bagaimana mungkin pernyataan-pernyataan tersebut sudah ada dalam sebuah buku di surga sebelum terciptanya alam semesta?
Beberapa sejarahwan telah berusaha membuktikan bahwa Alquran tidak ditulis oleh Muhammad dan juga tidak ditulis pada masa Muhammad masih hidup. Mereka mengatakan bahwa pada kenyataannya Muhammad adalah seorang buta aksara. Menurut mereka, buku yang kami sebut Alquran pada saat ini merupakan suatu hasil karya beberapa orang Islam yang setia, dibawah petunjuk seorang kalifah, yang setelah kematian Muhammad, merasa bahwa mereka membutuhkan buku suci seperti halnya dengan umat Kristen dan Yahudi yang juga mempunyai buku suci bagi agama mereka; dan dengan demikian mereka berusaha mengumpulkan kembali apa yang telah diajarkan Muhammad kepada mereka sebelum dia meninggal dunia. Sebagian dari koleksi tersebut berasal dari ajaran Muhammad yang ditulis pada kertas kulit dan yang disimpan sebelum kematiannya. Menurut Hadis, beberapa fragmen dikoleksi dari “lempengan-lempengan batu, tulang-tulang daun palem, tulang-tulang belikat dan tulang-tulang rusuk unta, potongan-potongan papan, dan dari ingatan orang-orang yang telah mendengarkan ajaran Muhammad.2 Usaha pertama untuk mengkompilasi Alquran dilakukan oleh anak perempuan Muhammad, Fatimah, yang harus memperdebatkan beberapa fakta dengan para pengikut ayahnya karena ada beberapa versi yang mereka ucapkan secara berbeda. Isteri Muhammad, Hafsa, juga membantu pengkompilasian tersebut. Namun demikian, proses terakhir dari usaha pengkompilasian tersebut dipercayakan kepada Zaid ibn Thabit, seorang yang dianggap sebagai editor.

Karena lebih banyak penggunaan kata ganti ‘kami’ dan ‘saya/aku’ dalam narasi Alquran, kami berasumsi bahwa ada suatu makhluk yang menyerahkan ilham ilahi kepada Muhammad, dan makhluk ini disebut “Allah” dalam bahasa Arab, dan bahkan ketika Alquran ditulis oleh para pengikut Muhammad setelah kematiannya, mereka akan dapat mengingat beberapa kata yang diucapkan oleh Muhammad ketika dia dapat ilham Ilahi untuk melantunkan Alquran.

Asumsi ini diperlukan karena dapat membantu kami untuk logika berpikir kami. Jika kami menerima Alquran sebagai ilham Ilahi yang diturunkan oleh suatu makhluk, kami tidak perlu takut mengidentifikasi makhluk tersebut. Jika kami mengatakan sejak semula bahwa tidak ada makhluk supernatural yang berbicara kepada Muhammad atau paling tidak memberinya inspirasi untuk mengatakan apa yang dinyatakannya sebagai firman Allah, kita tidak punya pilihan lain kecuali menyingkirkan seluruh isi Alquran dan menyatakan bahwa Muhammad adalah pembohong dan penipu yang paling berhasil yang pernah ditemukan di dunia. Hal ini dikarenakan dalam seluruh Alquran, Allah dikutip secara terus-menerus sebagai seseorang yang berbicara, bahkan dengan menggunakan kata ganti “kami” yang menggambar Pribadi atau Ilahi yang sangat menakutkan dan sangat berwibawa.

Seandainya, kami menerima bahwa ada satu Allah yang berbicara kepada Muhammad atau memberi inspirasi kepadanya. Masalah yang kami hadapi, secara mendasar, yaitu apakah Allah yang malaikatNya memberikan Alquran kepada Muhammad tersebut adalah sama dengan Yahweh dalam Alkitab atau tidak.

Kami tidak ingin mempengaruhi anda dengan pendapat kami. Kami percaya bahwa dalam buku ini terdapat banyak fakta yang memampukan anda untuk menarik kesimpulan anda sendiri. Namun demikian, penting kiranya bagi pembaca yang beragama Islam untuk bersikap jujur kepada diri sendiri dan membaca buku ini secara menyeluruh karena hal ini merupakan suatu perkara yang serius yang mempunyai konsekuensi kekal untuk jiwa anda.

BAB II - ALLAH DAN KEKERASAN

Satu hal yang perlu kami perhatikan sungguh-sungguh yaitu bahwa Islam adalah spiritual, dan pembahasan akademisi semata tidak akan memberi manfaat apapun. Misalnya, sangat mudah bagi orang-orang yang hanya mendengar atau membaca mengenai kekerasan dan mistik dalam Islam untuk menjelaskan agama Islam hanya pada tataran ilmu penafsiran saja. Kekerasan dalam Islam adalah nyata dan bersifat spiritual. Tidak meragukan lagi, perkara tersebut merupakan masalah yang sangat ofensif, namun kekerasan tersebut memang faktual adanya. Dan tidak peduli bagaimanapun menyakitinya hal tersebut, kami tahu bahwa masih banyak orang-orang Muslim yang jujur yang siap menghadapi dan meneliti ulang fakta-fakta dan menerapkan akal sehat dan bukan hanya sekedar terbakar oleh emosi saja.

Haruskah Umat Muslim dan Umat Kristen Bermusuhan?
Masalah-masalah religius barangkali merupakan isu-isu yang paling kompleks di dunia. Dalam suatu pidato mengenai perlunya keberadaan bersama di dunia secara damai antara umat Muslim dan umat Kristen, dan terutama di Nigeria, Jenderal Ibrahim Babangida, seorang mantan Presiden Nigeria mengatakan: “Barangkali ini merupakan pertanyaan teologis yaitu apakah Tuhan menyatakan DiriNya sendiri atau Dia menyatakan/menurunkan agama melalui utusanNya, nabiNya atau AnakNya. Tidak peduli dalam posisi apapun seseorang dalam isu ini, dia harus berpikir cukup logis untuk memahami bahwa Tuhan seperti halnya ayah dari suatu rumah tangga, tidak akan senang dengan anggota-anggota keluarganya yang saling bertengkar, saling berkelahi, saling menghancurkan, dan saling membunuh satu sama lain dengan mengatasnamakan Tuhan”.1

Hal yang patut disayangkan adalah bahwa banyak di antara kita yang sesungguhnya tahu benar tentang Tuhan, namun secara pribadi besar kemungkinan kita menyembah tuhan yang salah dengan setulus hati. Mengapa, karena kita mungkin saja terjebak dalam suatu sistem dan sangat sulit melepaskan diri dari jebakan tersebut. Banyak diantara kita tidak merasa perlu melepaskan diri dari suatu ikatan sistem religius tertentu karena kita tidak menyadari bahwa kita telah masuk dalam perangkap kebohongan. Jika kita mau dengan sabar membaca buku ini seluruhnya, kita mungkin akan memikirkan dan mengevaluasi kembali apapun yang telah kita yakini/percaya selama ini.

Kami percaya bahwa pernyataan Jenderal Babangida keluar dari lubuk hati yang jujur: “Tuhan tidak akan senang dengan pertengkaran, perkelahian, perusakan, pembunuhan dengan mengatasnamakan DiriNya”. Hal tersebut adalah benar. Tetapi Tuhan yang mana? Apakah Dia Tuhan yang Esa, atau Allah (Tuhannya Muhammad)? Atau apakah Tuhan yang Esa dan Allah sebetulnya sama? Inilah ‘pertanyaan teologis’ yang perlu kita diskusikan.

Kami perlu menghubungkan pertanyaan ini dengan suatu peristiwa yang terjadi tiga tahun kemudian setelah komentar Jenderal Babangida tersebut di atas. Pada bulan Oktober 1991, penginjil Jerman, Reinhard Bonnke, mengunjungi kota Kano untuk berkhotbah. Umat Muslim di Kano menentang keras acara tersebut dan mereka mengajak pasukan jihad teman-teman mereka dari wilayah Katsina untuk membuat keributan dan huru-hara yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan terhadap beberapa orang Kristen dan beberapa orang Nigeria Selatan yang berada di Kano. Masyarakat Nigeria Selatan merasa bahwa kekerasan bukan monopoli dari masyarakat tertentu, maka mereka kemudian mengangkat senjata melawan umat Muslim sampai akhirnya umat Muslim dipaksa untuk mengajukan gencatan senjata. Mantan Presiden, Babangida yang pada waktu itu sedang berkunjung ke luar negeri segera pulang kembali ke negaranya. Di lapangan Udara Lagos, dia menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada para korban kerusuhan tersebut dan mengajak bangsa Nigeria untuk ‘melihat tragedy ini sebagai suatu realisasi dari apa yang telah Tuhan takdirkan’: “Kita terus berdoa bagi para korban yang merupakan orang-orang religius yang saleh di negara ini dalam arti bahwa semua peristiwa itu terjadi karena telah ditakdirkan Tuhan”.

Beberapa pengamat bertanya: “Mengapa dia harus segera kembali ke negaranya dari Zimbabwe untuk menghentikan apa yang sesungguhnya ‘telah ditakdirkan oleh Tuhan’? Sementara itu kami juga bertanya pada diri kami sendiri: Siapakah ‘Tuhan’ tersebut yang telah menakdirkan pembunuhan terhadap umat Kristen di Nigeria dalam tahun-tahun belakangan ini? Siapakah ‘Tuhan’ tersebut yang tidak menghendaki Injil perdamaian diberitakan, tetapi yang selalu ada di belakang ‘orang-orang religius yang saleh di negara ini’?

‘Pertanyaan teologis’ lain yang perlu diajukan sehubungan dengan pernyataan Jenderal Babangida tersebut di atas, yaitu apa yang dimaksud dengan ‘keluarga’ dan ‘rumah tangga’. Jenderal Babangida adalah seorang Muslim. Dan perlu kami jelaskan bahwa menurut pemikiran Islam, ada dua rumah tangga yang berbeda di dunia ini yaitu Dar ul-Islam (‘rumah tangga Islam’), dan Dar ul-Harb (‘rumah tangga non-Islam atau perang’). Karena mereka merupakan dua rumah tangga yang berbeda, mereka pasti tidak mempunyai ayah yang sama. Dan oleh karena Kristen adalah non Muslim, mereka tentunya termasuk dalam rumah tangga Dar ul-harb.

Maka, manakala Babangida mengatakan ‘keluarga’ atau ‘rumah tangga’, orang akan bertanya-tanya apakah dia mengacu pada sekte-sekte yang berbeda dalam Islam sendiri, atau pada umat Kristen dan umat Muslim? Apakah dia dapat membuktikan pada umat Muslim bahwa mereka sebetulnya merupakan keluarga atau rumah tangga yang sama dengan Kristen? Apakah Alquran mengatakan demikian? Apakah Hadis mengatakan demikian? Ketika seorang Muslim membunuh seorang Kristen, apakah hal tersebut berarti ‘saling membunuh satu sama lain’ atau dia (orang Muslim tersebut) hanya ingin menghabisi orang kafir? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab dengan acuan dari Alquran sendiri dan dari Hadis bukan sekedar dari pendapat-pendapat religius modern semata.

Dalam sebuah makalah seminar yang disampaikan pada Konferensi Asosiasi nasional bagi Toleransi Etnis dan Agama di Lagos pada bulan Agustus 1992, Jenderal Ibrahim Babangida berkata, “Islam mempunyai suatu filsafat yang sangat maju mengenai toleransi religius dan kebersamaan hidup secara damai”. Kami telah mempelajari Alquran dari awal sampai akhir secara berulang-ulang; kami juga telah membaca sejumlah Hadis; namun kami belum pernah menemukan filsafat semacam tersebut di atas. Satu-satunya ayat dalam Alquran yang dapat dirujuk oleh orang Muslim sehubungan dengan filsafat tersebut di atas adalah sebagian dari Surat 2:256 yang menyatakan, “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam”. Namun kita semua tahu bahwa pernyataan ini dibuat pada saat-saat awal pelayanan/misi Muhammad ketika Muhammad baru saja menetap di Yathrib (Medinah). Sikap semacam itu diperlukan untuk mendapatkan kerja sama dari umat Yahudi dan umat Kristen yang merupakan penduduk mayoritas di Yathrib waktu itu. Muhammad menyatakan bahwa dia percaya kepada semua nabi Yahudi, dan bahwa dia tidak membawa ajaran baru apapun selain pesan-pesan/ajaran yang pernah disampaikan oleh para nabi Israel sebelumnya. Pada waktu itu, dia tidak mempunyai cukup pengikut untuk melakukan peperangan. Namun, ketika dia telah memiliki kekuatan militer yang cukup, dia mulai melancarkan perang melawan orang-orang yang dianggapnya tidak mau percaya kepada agamanya. Sebagai penyambung lidah Allah, Muhammad memerintahkan semua orang yang menentang pesan-pesan yang disampaikannya agar dibunuh atau disalib pada sebuah pohon atau tangan dan kakinya dipotong, atau mereka diusir dari tenpat kediamannya (Surat 5:33).

Dalam Surat 47:4, umat Muslim diperintahkan oleh Allah untuk memancung leher orang-orang yang tidak mau menerima ajaran-ajaran Islam sampai mereka takluk sepenuhnya, dan menurut Surat 47:7, dengan berbuat demikian mereka menolong Allah. Sebagian orang lain yang juga tidak mau menerima ajaran-ajaran Islam harus ditawan dan baru dilepas kalau mereka membayar tebusan. Surat 9:19-22, 29, 41; Surat 2:190-191, dan beberapa ayat lain memerintahkan orang-orang mu’mim untuk memerangi orang-orang kafir yang menentang mereka atau yang tidak percaya pada ajaran Islam.

Perlu kami tekankan sekali lagi bahwa diskusi mengenai Islam ini bukan berasal dari sudut pandang sejarahwan barat tetapi berasal dari sudut pandang Alquran dan tradisi Islam yang disebut Hadis dan dari pengalaman-pengalaman masa kini di berbagai bagian dunia. Kami sarankan pembaca memeriksa referensi-referensi tersebut karena sebagian besar umat Muslim biasanya menuduh para penulis yang tidak beragama Islam sebagai orang yang mengutip Alquran di luar konteks.

Kami ingin mengatakan bahwa sekalipun banyak pembunuhan yang dilakukan oleh umat Muslim ketika agama Islam masuk Yathrib, kami dapat memastikan bahwa tidak semua orang Muslim berkehendak untuk memerangi sanak saudaranya sesama orang Mekah atau untuk merampok para kafilah dengan maksud untuk menyebarkan agamanya. Dalam Surat 4:74-80, dikatakan bahwa banyak orang Arab yang memprotes panggilan dari Muhammad agar mereka berjihad (Perang Suci membela agama Islam). Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan kami berperang? Namun Muhammad meyakinkan mereka bahwa perintahNya tersebut adalah atas arahan langsung dari Allah sendiri.

Alquran menyatakan bahwa jihad, pada kenyataannya, bukan sekedar kewajiban agama tetapi juga komersial, suatu bisnis. (Surat 61:10-13). Alquran hanya menjanjikan upah-upah spiritual, tetapi dalam Hadis2, jihad disebutkan sebagai “metode paling baik untuk mendapatkan rahmat dari Allah baik yang bersifat spiritual maupun yang bersifat sementara. Jika kemenangan ada di tangan pasti ada barang yang bisa dirampas dari kota yang ditaklukkan tersebut, yang nilainya pasti sangat besar jauh melebihi penghasilan dari sumber manapun. Jika kalah atau mati, ada upah yang telah disediakan yaitu firdaus yang abadi”. Jadi, kami menyimpulkan bahwa jihad bukanlah suatu tindakan ekstrim, tetapi suatu tindakan yang normal dalam Islam.

Seorang Misionaris Kristen suatu hari bertanya pada seorang Muslim, ‘Bagaimana kalau seandainya anak laki-lakimu menjadi seorang Kristen? Apa yang ingin anda lakukan? ‘Saya akan menggorok lehernya’, jawab orang Muslim tersebut.3

Hal tersebut mungkin merupakan suatu kasus yang dialami beberapa keluarga Muslim saja, sementara sebagian besar keluarga Muslim lainnya, mungkin tidak mengalami kasus tersebut. Namun sangat mahal harga yang harus ditanggung oleh seorang Muslim yang bertobat dan memeluk keimanan Kristen. Dari pengalaman kami bekerja di lingkungan umat Muslim di berbagai belahan dunia, kami dapat mengatakan bahwa hambatan terbesar yang dihadapi seorang Muslim dalam mengambil keputusan untuk mengikut Kristus adalah rasa takut maksudnya takut dengan hukuman yang akan dijatuhkan orang-orang Muslim lain terhadap dirinya. Sekalipun pada saat seorang Muslim mengakui bersalah karena dosa-dosa yang diperbuatnya atau meyakini kebenaran keimanan Kristen, dia tetap saja takut pada implikasi dari pertobatannya. Sebagian besar mantan umat Muslim yang sekarang menjadi Kristen mempunyai cerita yang berkaitan dengan ketakutan seperti tersebut di atas. Sebagian besar dari mereka telah dikucilkan oleh keluarga mereka. Kami melihat kasus spesifik dari orang tua yang meracuni anak perempuannya karena yang bersangkutan meninggalkan Islam dan menjadi Kristen. Bahkan pada waktu mengedit buku ini, kami menerima suatu kasus mengenai seorang wanita yang diancam oleh orang tua dan keluarganya yang semuanya menganut agama Islam agar dia segera meninggalkan agama barunya (maksudnya agama Kristen yang baru dipeluknya) dan kembali ke Islam atau dia akan menanggung akibatnya sendiri. Sebuah surat dari Sokoto di Nigeria menyatakan: “Ada seseorang di sini yang bertobat (maksudnya menerima Yesus sebagai juruselamatnya) …… dan oleh karena dia masih tinggal di rumah keluarganya, orang tuanya (sebagaimana yang biasa terjadi di sini) mengumpulkan semua miliknya dan kemudian membakar barang-barang tersebut ketika dia sedang pergi bekerja”.

Kami tidak bisa menganggap bahwa umat Muslim semacam itu mempunyai sikap kejam yang berlebih-lebihan. Mereka sesungguhnya hanyalah mengungkapkan rasa setia mereka kepada agama Islam. Sikap semacam ini memang merupakan sikap yang harus/wajib diperlihatkan oleh seorang Muslim yang baik terhadap umat Kristen dan Yahudi. Pada kenyataannya, sebagian besar perintah untuk melakukan kekerasan dan perang yang ada dalam Alquran umumnya ditujukan langsung untuk melawan orang Yahudi dan Kristen yang menolak ajaran dari Allah yang sedang diberitakan oleh Muhammad karena mereka (maksudnya orang Yahudi dan Kristen) menganggap ajaran tersebut sangat aneh. Belum lama berselang orang-orang Arab penyembah berhala masuk Islam karena Allah sesungguhnya merupakan salah satu dari dewa baal masyarakat setempat. Umat Yahudi dan Kristen keras kepala karena mereka tahu bahwa mereka mempunyai Tuhan yang lebih hebat. Mereka tidak mau menerima Allah yang merupakan salah satu dewa baal masyarakan Arab. Mereka ingat pesan Alkitab bahwa, “Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Yahwehlah yang menjadikan langit” (1 Tawarikh 16:26). Oleh karena itu dengan gamblang Muhammad atau Allah (atau siapapun yang berbicara dalam Alquran) menyatakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu: sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (Surat 5:51).

Dengan kata-kata lain, setiap Muslim yang menjadi Kristen atau bahkan bersahabat dengan seorang Kristen berarti keluar dari pengawasan dan pimpinan Allah. Jadi, semua pemimpin Islam yang datang menemui para pemimpin gereja di Inggris dan Amerika untuk kerjasama antar-keimanan merupakan orang-orang yang menentang perintah Allah atau mereka mempunyai suatu maksud tersembunyi. Islam pada abad ke tujuh sesudah Masehi merupakan Islam yang sama dengan Islam saat ini, barangkali dengan penampilan baru sesuai kebutuhan/situasi.
Dengan menggunakan taktik yang sama yaitu “Tidak ada paksan dalam agama” seperti yang dinyatakan Muhammad pada waktu pertama kali dia beradaptasi dengan umat Kristen dan Yahudi, demikian juga yang diterapkan umat Muslim saat ini di dunia barat. Mereka bermigrasi ke wilayah-wilayah Kristen seolah-olah mereka adalah umat yang toleran dalam soal agama. Dengan bersikap pura-pura bersahabat, cinta damai dan ramah tamah, mereka mulai sedikit demi sedikit menyuarakan hak-hak dan keistimewaan-keistimewaan di bidang sosial, politik dan agama yang tidak mungkin diberikan kepada orang-orang Kristen yang ada di negara Islam, mereka berkembang biak dengan cepat mendirikan pemukiman-pemukiman; mereka melarang kegiatan-kegiatan Kristen dilakukan di dalam daerah komunitas mereka (walaupun daerah komunitas mereka berada di negara Kristen barat); mereka boleh berbicara atau menulis sesuatu yang mendiskreditkan agama Kristen, tetapi orang Kristen tidak boleh mengkritik agama Islam; mereka mulai memperluas komunitas mereka; di tempat-tempat perluasan komunitas mereka tersebut, semua kegiatan Kristen dibatasi; dan pada saat kekuatan militer mereka sudah cukup mereka mulai melancarkan serangan kepada “orang-orang yang tidak beriman (maksudnya orang Kristen dan Yahudi)” yang juga mereka sebut sebagai orang-orang kafir yang beribadah kepada Trinitas, dan mereka dengan sekuat tenaga secara terus-menerus membasmi dan menindas “orang-orang kafir” tersebut sampai semua orang kafir tunduk pada mereka. Manakala penyerbuan langsung tidak mungkin mereka lakukan, mereka biasanya menggunakan cara seperti tersebut di atas.

Sedemikian banyaknya perintah-perintah dalam Alquran yang ditujukan agar orang Muslim bersikap keras dan memusuhi umat Kristen sehingga nampaknya lebih sulit bagi orang Islam yang ingin dengan sungguh-sungguh menjalankan agama Islam, namun tanpa membenci umat Kristen. Orang Islam yang taat menjalankan agamanya harus membenci umat Kristen. Umat Islam yang tidak keras terhadap umat Kristen sesungguhnya bukanlah orang Muslim yang benar, paling tidak menurut pengertian secara Alquraniah. Umat Islam seperti itu belum memiliki semangat Islam. Umat Muslim yang taat harus siap melakukan kekerasan, terutama kalau dia berharap untuk mendapat pahala di surganya umat Islam. Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat ( maksudnya orang-orang mu’min yang mengutamakan kehidupan di akhirat atas kehidupan di dunia ini ) berperang di jalan Allah. Barang siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Tidakah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka ( maksudnya orang-orang yang menampakkan dirinya beriman dan minta ijin berperang, sebelum ada ijin berperang ) : “tahanlah tanganmu ( dari perang ), dirikanlah sembayang dan tunaikanlah zakat!” Setelah di wajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik ) takut kepada manusia ( musuh ), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya ( Surat 4 : 74, 77 ).

Jika kata-kata mempunyai makna, kita dengan pasti dapat menyimpulkan dari kutipan di atas bahwa kepatuhan kepada Allah ( Islam ) bukan hanya sekedar sembahyang dan membayar zakat, sebagaimana yang diinginkan beberapa orang untuk kita percaya, tetapi juga patuh kepada perintah untuk membunuh untuk penyebaran Islam. Itulah Islam yang di beritakan oleh Muhammad Kami mempunyai banyak bukti otentik dari Alquran dan dari Hadis untuk membenarkan pernyataan kami tersebut di atas. Karena ruangan dalam buku ini sangat terbatas, kami hanya dapat memberikan sejumlah bukti lagi. Dalam Hadis 4, ibu Haritha diberi jaminan oleh Muhammad bahwa Haritha telah mendapat tempat tertinggi di firdaus karena dia telah gugur dalam pertempuran. Dalam Hadis yang sama Muhammad juga berkata ; “ Pasukan khusus berani mati, sebelum berangkat untuk melaksanakan tugas berperang, merampok harta benda dan kembali lagi dengan kemenangan, akan terlebih dahulu menerima dua per tiga bagian dari seluruh upah yang menjadi haknya”. “ Seseorang yang meninggal tanpa berperang atau tanpa merasa bahwa berperang adalah tugasnya akan dicap sebagai orang munafik “. “ penaklukan hanya bertujuan untuk keperluan jihad dan sejumlah maksud baik lain dan bukan untuk tujuan emigrasi; maka kalau kamu di panggil untuk berperang segera laksanakanlah”. “ Saat terakhir tidak akan tiba sebelum umat Islam memerang umat Yahudi dan umat Muslim harus membunuh mereka “. Ada tiga kelompok yang akan diselamatkan Allah yaitu orang yang berperang di jalan Allah, orang yang dilindungi sampai Allah mengambil nyawanya dan pulang ke rumahnya dengan upah atau harta rampasan yang diperolehnya “.

Abu Dharr mengatakan bahwa dia telah bertanya kepada nabi mengenai perbuatan apa yang paling mulia dan nabi menjawab, “ berimanlah kepada Allah dan berjihadlah (berjuanglah ) dalam jalanNya ( Allah ).

Beberapa ilmuwan Muslim yang berpandangan liberal yang telah menyaksikan begitu banyaknya tindakan terror yang di lakukan oleh orang-orang Muslim di seluruh dunia pada saat ini dengan tersipu-sipu mencoba menjelaskan agar orang memaklumi jihad dengan mengatakan bahwa berkelahi secara fisik bukanlah bagian Islam yang “sejati “, dan peristiwa yang terjadi saat ini merupakan kesalahan menginterpretasikan perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa orang-orang Muslim fanatik dalam generasi ini. Pernyataan ilmuwan Muslim tersebut di atas tidak berdasar sama sekali, karena dengan jelas Alquran dan Hadis memerintahkan orang-orang Muslim untuk berjihad.

Sementara itu banyak orang Barat yang merasa terganggu dengan adanya terorisme Islam di dunia saat ini, kami sarankan kepada mereka untuk mengingat kembali sejarah masa lalu karena saat ini orang barat sangat asyik dengan tehnologi dan melupakan sejarah. Dr. Jane Smith dari Universitas Harvard dengan jelas menunjukkan dalam sebuah desertasi bahwa istilah “ Islam “ aslinya bukan berarti “ kepatuhan “. Juga dalam buku The Spiritual Background of Islam ( Latar belakang Spiritual Islam ), seorang ilmuwan bidang kajian Timur Tengah, Dr. M Bravmann menunjukkan bahwa istilah “ Islam “ aslinya bukan berarti agama Muhammad atau agama dari suatu sekte patriark Yahudi sebagaimana yang dideklarasikan oleh umat Muslim. Menurut Dr.Bravmann, kata ”Islam” asalnya merupakan konsep sekuler yang menunjukkan suatu budi luhur dalam pandangan orang-orang Arab primitif yaitu berani menantang maut, kepahlawanan, siap mati dalam pertempuran. Kata “Islam” sebetulnya berarti keberanian dalam pertempuran dan bukan berarti perdamaian atau kepatuhan. Marshal Hodgson mengingatkan kita bahwa kata bahasa Inggris “hashshashin” (atau assassinus dalam bahasa Latin) yang berarti “orang-orang yang mengisap ganja”. Hashshashin mengacu kepada suatu sekte Muslim tertentu pada ke sebelas sampai ke tiga belas yang mengkonsumsi ganja untuk mendapat kekuatan yang digunakan untuk berperang di jalan Allah dengan membunuh orang-orang non-Muslim.

Dalam bab ini, kami bermaksud memperlihatkan bahwa Islam, baik masa lalu maupun masa kini, bukanlah seperti yang dikatakan orang selama kini. Muhammad mempunyai isteri yang sangat kaya raya yaitu Sitti Khadijah binti Khuwailid dan dia juga mempunyai seorang paman yang sangat berpengaruh yaitu Abu Thalib. Baik Sitti Khadijah binti Khuwailid maupun Abu Thalib merupakan orang-orang yang disegani oleh penduduk kota Mekah. Namun ketika kedua orang tersebut meninggal dunia dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu hanya terkaut selang waktu 30 hari, Muhammad merasa sangat terpukul oleh kejadian tersebut. Muhammad merasa keamanannya di Mekah tidak terjamin maka dia melarikan diri ke Thaif dan kemudian pindah ke Yathrib (Medinah). Pengikut-pengikutnya kemudian membangun suatu tempat pemukiman di Yathrib. Penduduk kota Yathrib menerima kedatangan mereka dengan senang hati dan mereka memperlakukan Muhammad dan para pengikutnya dengan baik. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.

Kehidupan ekonomi Muhammad dan pengikutnya mulai memprihatinkan, padahal mereka harus terus bertahan hidup. Oleh karenanya, Muhammad merasa bahwa dia harus membalas dendam kepada para saudagar di kota Mekah yang karena kejahatan mereka telah menyebabkan Muhammad mengalami penderitaan di Mekah waktu itu yang membuat dia kemudian melarikan diri sampai ke Yathrib dimana dia mengalami kemiskinan seperti sekarang ini. Namun karena afiliasi etnik mereka, seperti yang telah kami ungkapkan di bagian depan buku ini, banyak orang Muslim yang tidak memahami mengapa mereka harus menyerang dan merampas harta dari orang-orang yang satu suku bangsa dengan mereka apakah untuk tujuan mempertahankan hidup atau karena membela agama. Tiba-tiba sebuah wahyu diturunkan Allah untuk Muhammad yang isinya membenarkan mobilisasi pertama ini sebagai titik awal diberlakukannya jihad. Maka dalam Surat 2:216, kami membaca, “Diwajibkan atas kamu berperang (berjihad), padahal berperang ini adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ini amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Dengan adanya wahyu ini, umat Muslim mulai melancarkan jihad pertama dan mengalahkan orang-orang Mekah serta merampas harta benda mereka. Barang-barang rampasan tersebut diboyong (diangkut) keluar dari kota Mekah dan dimanfaatkan sebagai dorongan bagi umat Muslim untuk melakukan jihad-jihad berikutnya. Dalam rangka membalas serangan Muhammad tersebut, orang-orang Mekah memobilisasi 1000 orang pejuang untuk melawan para pengikut Muhammad yang berjumlah hanya 300 orang. Namun dengan taktik yang baik, umat Muslim dapat mengalahkan orang-orang Mekah tersebut dalam suatu pertempuran yang disebut perang Badar. Kemenangan-kemenangan ini nampaknya membuktikan bahwa Allah mendukung Muhammad dan para pengikutnya, dan bahwa Muhammad memang benar-benar diutus Allah.

Kemudian, Muhammad mengadakan perjanjian-perjanjian dengan orang-orang Mekah untuk tidak saling berperang dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan. Namun semua perjanjian dengan orang-orang Mekah ternyata dibatalkan secara sepihak oleh Muhammad, demikian juga Muhammad membatalkan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Yathrib. Marilah kita dengar penjelasan Sheikh Abdullah bin Muhammad bin Hamid dari Mesjid Suci Mekah:
“Dalam Surat “Baraah” (Surat IX, Surat At Taubah) Allah memerintahkan agar Muhammad membatalkan semua perjanjian damai dengan kaum musyrikin, serta memerintahkan agar umat Muslim memerangi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah (yang dimaksud adalah semua penyembah berhala, semua orang Yahudi, dan semua orang Nasrani/Kristen) atau orang-orang yang tidak mau memeluk agama Islam, sampai mereka membayar Jizyah dengan patuh dan dalam keadaan tunduk (Jizyah ialah: pajak kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan Islam, sebagai imbangan bagi jaminan keamanan diri mereka).
Umat Muslim tidak diizinkan untuk membatalkan “peperangan” melawan orang-orang tidak beriman, juga tidak diizinkan untuk rujuk kembali atau menunda peperangan melawan mereka dalam waktu yang tidak ditentukan manakala umat Muslim dalam posisi kuat dan memiliki kesempatan berperang melawan mereka (orang-orang tidak beriman)”. Pernyataan berikut ini jelas merupakan alasan untuk membunuh umat Kristen dan umat Yahudi: “Jika mereka (umat Kristen dan umat Yahudi) tidak mau memeluk agama Islam”. Pernyataan Alquran ini sangat bertentangan dengan pernyataan dari pembaharu Islam modern. Pernyataan Alquran jelas bahwa jihad melawan umat Kristen bukan merupakan sikap defensif tetapi sikap ofensif, dan hal inilah yang perlu kami tekankan disini (Surat 9:29, 123).

Sheikh bin Hamid melanjutkan: “jadi pada awalnya, ‘berperang’ dilarang, kemudian ‘berperang’ diizinkan dan selanjutnya diwajibkan – Allah mewajibkan umat Muslim untuk berperang (berjihad) dan menjadikan masalah jihad sangat penting dalam semua Surat yang diilhamkan di Medinah seperti yang tertulis dalam Alquran berikut ini: ‘Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan (sehat, kuat, dan makmur) ataupun merasa berat (sakit, tua, dan miskin), dan berjihadlah dengan ‘harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui’ ” (Surat 9:41).

Banyak orang Muslim tidak suka membaca mengenai kekerasan dalam Islam karena mereka percaya bahwa hal ini merupakan suatu kesalahan representasi. Namun, apakah mereka dapat mengabaikan sejarah? Muhammad bukan hanya memerintahkan perang, tetapi dia juga melibatkan diri dalam perang tersebut. Selama hidupnya saja, pasukan dibawah pimpinannya telah melakukan pertempuran sebanyak 66 kali dan dari jumlah itu 27 kali diantaranya Muhammad terlibat langsung secara pribadi. Muhammad patah salah satu gigi depannya ketika dia ikut berperang dalam medan pertempuran Uhud pada tahun 625 sesudah Masehi. Beberapa tradisi menyatakan bahwa gigi depannya yang patah ada dua buah. Beberapa tradisi menyatakan bahwa perang-perang tersebut lebih bersifat politis daripada religius. Namun dari kutipan-kutipan ayat Alquran tersebut, kami tahu dengan jelas bahwa pernyataan ‘lebih bersifat politis daripada religius’ tersebut di atas tidak mempunyai dasar sama sekali. Nampaknya, Islam tidak membedakan antara agama dan politik.

Sejumlah penulis yang mengkritik Islam pada masa kini telah mengalami kehilangan kebebasan mereka; bahkan beberapa di antara mereka kehilangan nyawa mereka di negara-negara Islam. Seorang penulis Mesir, Faraq Fouda, dibunuh pada awal tahun 1992 oleh umat Muslim karena dia mengkritik militansi Islam. Juru bicara parlemen negara tersebut (Mesir) juga dibunuh pada tahun 1990 karena sikap anti-Islamnya, dan orang-orang Muslim militan mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Umat Muslim tidak pernah menginginkan siapapun untuk mengkaji sejarah agama mereka yang sebenarnya. Hal tersebut tidaklah mengherankan. Salah satu korban pembunuhan pertama yang dilakukan oleh pengikut-pengikut Muhammad di Medinah adalah seorang pujangga wanita yang bernama Asma, anak perempuan dari Merwan dan istri dari Yazid bin zaid. Menurut Ibnu Ishaq dalam karya monumentalnya yang berjudul Suraht’l Rasul, yang diterjemahkan oleh Ibnu Hisham sebagai The Life of the Prophet (Kehidupan Nabi), nyonya Asma Yazid mengarang dan mempopulerkan puisi-puisi untuk mencemooh orang-orang Medinah karena menjadi pengikut seorang manusia yang telah membunuh empat puluh sembilan orang dari suku bangsanya sendiri dalam perang Badar dan merampas karavan dengan tujuan menegakkan sebuah agama (yang dimaksud adalah Muhammad). Nyonya Asma Yazid dibunuh di atas tempat tidurnya. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh Umayr ibn Awf. Ilmuwan Muslim yang bernama Muhammad Haykal mengungkapkan, “Umayr ibn Awf menyerang Asma di malam hari ketika Asma sedang dikelilingi anak-anaknya, bahkan salah seorang anaknya sedang disusuinya. Umayr menderita mata rabun sehingga dia harus meraba-raba untuk menemukan Asma. Setelah memisahkan anak tersebut dari calon korbannya, Umayr kemudian membunuhnya; dan selanjutnya dia menemui nabi Muhammad dan melaporkan tentang apa yang telah dilakukannya”. 5 Umayr menerima pujian atas sebuah perbuatan baik yang dilakukannya untuk Allah. Kira-kira tiga orang pujangga lagi yang tidak mau menghentikan cemoohan-cemoohan mereka terhadap Muhammad juga mengalami nasib yang sama yaitu leher mereka dipenggal oleh pedang Islam. Salah satu diantara mereka adalah Abu ‘A Fak.

Seorang pujangga lain (seorang prajurit) yang bernama Abbas harus menghadapi juga hukuman yang sama. Peristiwa tersebut terjadi setelah pertempuran Hunain usai. Awal masalahnya timbul sebagai akibat dari cara Muhammad membagi-bagi barang rampasan. Abbas yang dikatakan sebagai ‘orang Islam setengah-setengah’ menggerutu mengenai kemampuan Muhammad dalam menghitung pembagian barang rampasan tersebut, dan mengungkapkan keluhannya itu dalam bentuk puisi-puisi. “Nabi kebetulan mendengarnya lalu nabi berkata sambil tersenyum kepada pengikut-pengikutnya, ‘Bawa orang ini pergi dari sini dan potong lidahnya’.”6

Walaupun Ayatollah Khomeini menganut sistem Islam Shiah, dia pada umumnya dianggap sebagai seorang Muslim yang patut dijadikan contoh pada masa kini. Dengan mengikuti langkah-langkah nabi Allah (Muhammad) dalam membangun negara Islam, Khomeini membantai lebih banyak orang – selama tahun-tahun awal pemerintahannya – daripada orang-orang yang dibunuh oleh pendahulunya, Shah Muhammad Reza Pahlevi, sepanjang masa pemerintahannya. Setelah semua pembunuhan massal terhadap orang-orang non-Muslim yang dilakukannya di Persia (sekarang Iran), Khomeini mengatakan: “Sejauh ini, di Persia tidak ada orang-orang yang dibunuh – hanya omong kosong saja!”

Dalam peristiwa lain, hamba Allah ini (Khomeini) berkata: “Kesukacitaan yang sejati dalam Islam adalah membunuh dan dibunuh demi Allah”.7 Pada awal tahun 1984, Ayatollah Khomeini menyatakan: “Untuk mencapai kemenangan Islam di dunia ini, kita perlu memprovokasi krisis berulang-ulang, memperbaiki kembali nilai-nilai/citra kematian dan kesyahidan. Jika Iran harus lenyap, hal tersebut tidak penting. Hal yang penting adalah melanda dunia dengan krisis (maksudnya membuat dunia dilanda krisis)”.8 Dari pelajaran Alquran yang kami dapatkan selama ini, apakah Khomeini tidak alquraniah atau tidak ilahiah? Apakah dia fanatik?

Umat Muslim yang serius sangat kuatir melihat kenyataan berkembang pesatnya agama Kristen pada masa sekarang. Anggota pasukan jihad Muslim Afrika Selatan, Ahmed Deedat, dengan sangat prihatin menyatakan: “Kurang lebih lima puluh tahun yang lalu di Kuwait (sebuah negara Islam) hanya terdapat satu keluarga Kristen Arab. Sekarang terdapat tiga puluh lima gereja di negara kecil itu”. 9 Dia terobsesi bahwa di Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia terdapat enam ribu tenaga misionaris Kristen berkebangsaan asing yang bekerja penuh untuk berusaha “menarik hati” orang-orang non-Kristen. Dia menentang keras cara berkembangnya agama Kristen, terutama di Afrika, dan oleh karenanya dia mengingatkan umat Muslim agar kembali kepada Islam yang asli seperti yang telah diturunkan oleh Allah melalui Alquran : “Baju besi, pedang dan tameng yang kita gunakan dalam perang membela iman kita adalah Alquran, kita telah memuliakan Alquran selama berabad-abad ….. sekarang tiba saatnya kita harus menghadirkannya dalam medan perang”.10

Apakah yang dimaksud dengan ‘baju besi, pedang dan tameng dalam perang membela iman’ tersebut? Yang dimaksud adalah baju besi secara fisik, pedang secara fisik, dan semua senjata perang modern yang bisa diperoleh. Sheikh Abdullah bin Muhammad bin Hamid lebih lanjut menjelaskan: “Persiapan untuk berjihad mencakup berbagai hal termasuk persenjataan-persenjataan seperti tank-tank, misil-misil, artileri, pesawat-pesawat terbang, kapal-kapal perang angkatan laut, dan lain-lain, serta pelatihan pasukan-pasukan tempur yang terdiri dari angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara yang akan dikirim ke medan laga”. Dalam hal tertentu, Khomeini, Deedat, dan orang-orang Muslim sejati lainnya benar. Jika tidak dengan jihad bagaimana mungkin Islam dapat berkembang? Pesan keselamatan apa lagi yang dapat mereka tawarkan untuk meyakinkan kepada dunia yang telah jatuh ke dalam dosa tersebut selain mengucapkan ‘la – illaha il’ allah’ jutaan kali? Apakah orang-orang modern tidak merasa terganggu dengan ucapan ‘la –illaha il’ allah’ secara berulang-ulang tersebut? Barangkali umat Muslim harus memanfaatkan uang hasil penjualan minyak mereka untuk membangun banyak mesjid yang bernilai ratusan juta dolar di seluruh dunia untuk memberi kesan bahwa Islam telah tersebar di mana-mana. Kebijakannya yaitu ‘biarkanlah mesjid-mesjid dibangun di mana-mana’ – walaupun tidak ada orang yang mengurus mesjid-mesjid tersebut. Dalam kurun waktu hanya lima tahun (1985-1990), umat Muslim telah telah membangun 5002 mesjid di Ethiopia saja. Pada tahun 1945, hanya terdapat satu mesjid di seluruh Inggris. Pada tahun 1990, terdapat lebih dari 1000 mesjid di seluruh Inggris. Pada tahun 1974, hanya terdapat satu mesjid di Perancis. Sekarang, lebih dari 1700 mesjid telah dibangun di Perancis.

Walaupun umat Muslim mengklaim bahwa mereka menyembah Tuhan yang sama dengan umat Kristen, namun dalam kenyataannya, mereka memandang Kekristenan sebagai ancaman terbesar bagi perkembangan Islam di mana-mana. Walaupun terjadi kemurtadan di dunia Barat, Kekristenan masih tetap berkembang dengan sangat pesat, dan umat Muslim sangat kuatir menghadapi hal tersebut. Ratusan ribu orang bertobat dan memeluk keimanan Kristen setiap tahun di dunia bebas, dan ironisnya jutaan orang bertobat dan memeluk keimanan Kristen di negara Cina Komunis. Suatu survey yang dilakukan oleh majalah Newsweek pada tahun 1988 memperlihatkan bahwa orang-orang Amerika Latin secara missal datang kepada Kristus setiap hari. Bagaimana mungkin kegiatan-kegiatan Kristiani tersebut diimbangi oleh umat Muslim?

Di samping pengembangan mesjid-mesjid, satu alternatif lain, terutama di Afrika, yang dilakukan oleh umat Muslim yaitu memikat para gadis Kristen dengan uang, persediaan makanan, pekerjaan, dan dengan iming-iming akan dinikahi, dan kemudian menarik mereka masuk Islam. Pemuda-pemuda Muslim yang berhasil mengawini gadis-gadis Kristen akan diberi upah. Sejumlah besar uang ditawarkan kepada orang-orang yang dapat menarik orang-orang Kristen untuk masuk Islam. Target-target untuk konversi adalah orang-orang yang memiliki latar belakang “Kristen” seperti saksi-saksi Yehovah, orang-orang Katolik atau kelompok-kelompok Kristen lainnya. Seorang teman di Tanzania melaporkan, “Sudah menjadi rahasia umum di daerah kami bahwa anda akan mendapat 25.000 shilling Tanzania (nama mata uang di sana) sebagai upah untuk membawa seorang Kristen masuk Islam, dan 100.000 shilling Tanzania jika anda berhasil membawa seorang pastor atau seorang padre masuk Islam”.

Suatu alternatif untuk melipatgandakan jumlah orang Muslim adalah dengan memiliki beberapa istri dan kemudian memproduksi lebih banyak anak-anak Muslim untuk memenuhi bumi dan kemudian mengklaim bahwa jumlah umat Muslim sudah mencapai ratusan juta orang. Menurut suatu laporan dari Persatuan Bangsa-Bangsa, penduduk dunia pada tahun 90-an bertambah dengan tiga bayi setiap detik (dan umat Muslim memberi andil yang cukup besar). Sementara seorang Amerika atau Eropa mempunyai satu istri dengan satu atau dua orang anak, umat Muslim secara kumulatif di seluruh dunia melahirkan banyak sekali anak setiap tahun. Diperkitakan di dunia Islam memproduksi 25 juta bayi setiap tahun. Inilah cara umat Muslim mengislamkan dunia. Penyebaran agama secara biologis! Dan hal ini tidak pernah dicemooh. Umat Muslim meyakini bahwa dengan undang-undang keimigrasian liberal yang diberlakukan khususnya di Amerika, Eropa, dan Inggris Raya, mereka akan menjadi penduduk mayoritas di negara-negara tersebut dalam kurun waktu tidak terlalu lama dan mereka akan merupakan kekuatan politik yang perlu diperhitungkan.

Suatu kemungkinan lain adalah mengiming-imingi negara-negara miskin dengan uang hasil penjualan minyak dan memprakarsai upaya agar mereka masuk menjadi anggota OKKI (Organisasi Konferensi-Konferensi Islam). Prinsipnya sederhana yaitu orang yang memberimu makan akan mengendalikan hidupmu. Bahkan di negara-negara Barat, investasi dari petrodollar Arab yang sangat besar secara berangsur-angsur telah memperbudak kami. Namun alternatif-alternatif tersebut di atas tidak memberikan hasil yang terbaik. Kekristenan tetap tersebar ke mana-mana. Pemuda-pemuda Islam mulai berpaling dari sesuatu yang mereka anggap sebagai ‘ritual keagamaan monoton yang kosong’ untuk beralih pada sesuatu yang riil dan yang membangkitkan semangat/suka cita yang menjadi ciri keimanan Kristen. Sekarang banyak pemudi-pemudi Islam menanggalkan nama-nama Islam mereka. Banyak diantara para wanita muda Muslim tersebut lebih memilih peran perkawinan dalam tradisi Kristen dan mereka akan berpikir dua kali untuk memilih tradisi Islam dalam masalah ini. Beberapa imam Muslim dan para haji besar serta para hajah mendeklarasikan Yesus sebagai Tuhan.

Sekarang umat Kristen Nigeria menghadapi oposisi dari Islam karena pertumbuhan Injil yang sangat luar biasa di negara tersebut dan sangat banyaknya orang-orang Muslim yang berpaling kepada keimanan Kristen. Gereja di Nigeria merupakan gereja pendoa yang sangat agresif/bersemangat dan hal ini merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan misi dan tugas-tugas penginjilan di negara tersebut pada saat ini. Iblis sangat menyadari keadaan ini dan oleh karenanya iblis tidak bisa hanya berpangku tangan saja dan tidak berbuat apa-apa. Suatu hal yang tidak mengherankan kalau kita mendengar sebutan “Pendeta Ahmed Abdulkadir” atau “Pastor Sanni Abubakar Yusuf” di Nigeria. Tidak hal yang lebih meresahkan para pemimpin Islam dari pada keadaan tersebut.

Oleh karenanya, untuk memastikan kemenangan Islam, suatu hal yang drastis harus mereka lakukan. Bagaimana cara agama Islam berkembang dengan pesat pada awalnya? Umat Muslim sejati harus kembali menggunakan cara Islam yang efektif yang dilakukan oleh Muhammad pada zaman dulu. Siapakah seorang Muslim sejati? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita perhatikan pernyataan Alquran berikut ini: “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. … Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian (hari kiamat), dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya (maksudnya adalah orang-orang yang ingin dibebaskan dari kewajiban berjihad) “(Surat 9:44,45). Hal tersebut berarti bahwa seorang yang mengaku Muslim sejati namun menolak terlibat dalam perang secara fisik (jihad) sama artinya dengan orang murtad/ munafik.

Dalam Prakata sebuah buku yang berjudul “The Call of Jihad” (Panggilan Jihad), Mallam M. Salih menyerukan: “Munafiklah orang yang menganggap jihad sebagai kewajiban dalam Islam yang sudah kuno atau ketinggalan zaman”.

Pada kenyataannya, dalam Islam tidak ada istilah ketidaktoleransikan atau keekstriman yang fanatik. Semua tindakan kekerasan dan vandalisme merupakan hal yang wajar dalam agama Islam. Orang-orang Islam yang disebut fanatik sesungguhnya merupakan orang-orang Islam yang sejati. Yang termasuk dalam golongan Islam fanatik/sejati tersebut adalah kelompok Maitatsinis, kelompok Zalla, Organisasi-organisasi pemuda Muslim dan para sponsor mereka mereka, kelompok al-jihad di Libanon, al-Mujahidin di Iran, Persatuan Mahasiswa Muslim, kelompok Jamat’ul Nasril Islamiyah, dan lain-lain. Mereka inilah yang harus membangun kerajaan Allah di dunia.

Pengertian mereka mengenai ‘kerajaan Tuhan’ ini sangat berbeda dengan pengertian kerajaan Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab. Alkitab menyatakan bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi. Yesus Kristus sendiri mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”. Islam mengatakan “tidak”, anda tidak mungkin lemah lembut kalau ingin memiliki bumi; orang beriman (Islam) harus bangkit sekarang dan menggulingkan pemerintahan dan kemudian menguasainya. Alquran menyatakan, “kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang-orang mu’min; “(Surat 63:8). Oleh karena itu umat Muslim sejati perlu memprakarsai timbulnya fitna (artinya anarki, kekacauan) sampai kerajaan Allah yang suci dibangun di suatu daerah yang diinginkan. Hal itulah yang menjiwai semangat revolusi yang mengantarkan Khomeini menuju tampuk pemerintahan/kekuasaan di Iran; itulah yang menjiwai semangat Persaudaraan Muslim di Mesir dan Alawit di Syria. Itulah Islam yang dipelopori oleh Muhammad dan dunia tidak perlu salah memahami lebih lama lagi mengenai tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mereka (umat Muslim sejati memang harus berbuat demikian). Ketika umat Muslim menghancurkan gereja-gereja dan membunuh orang-orang Kristen di wilayah Kaduna, Nigeria, pada tahun 1987, sebuah panel digelar oleh pemerintah untuk menyelidiki masalah tersebut. Semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu diminta untuk menyerahkan memo-memo kepada panel tersebut. Dalam bagian 4, sub-seksi (C) atas prakarsa sendiri, Jama’atu Nasril Islamiyah (JNI) dalam memonya mengatakan: “Seringkali dijumpai bahwa orang-orang yang tidak memahami masalah Islam atau Muslim mempunyai kesan-kesan yang salah tentang Islam. Umat Kristen yang tidak memahami masalah itu biasanya menjuluki umat Muslim sejati, yang setia melaksanakan perintah-perintah agama Islam dalam kehidupan mereka, dengan julukan-julukan yang kurang enak didengar seperti ‘fundamentalis’, ‘fanatik’, dan lain-lain. Sementara itu umat Muslim yang tidak serius menjalankan perintah agama mereka justru dianggap oleh umat Kristen tersebut di atas sebagai umat Muslim yang progresif. Jika umat Kristen memahami Islam dengan baik, mereka tidak akan membuang-buang waktu untuk mencoba menyela langkah mereka (umat Muslim) karena umat Kristen akhirnya akan menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menyela langkah umat Muslim sejati yang sebenarnya.

Kami dapat memahami adanya ironi dan tendensi tersembunyi di sini. Namun memang demikianlah hakikat umat Muslim sejati. Sesungguhnya kitalah sebagai umat Kristen yang tidak memahami mengenai hakikat Muslim sejati tersebut, dan kitalah yang patut disesalkan atas ketidaktahuan itu. Sudah menjadi tradisi bahwa sebagian besar pemimpin-pemimpin di Afrika dan di perbagai bagian dunia lainnya untuk mengirim ucapan selamat kepada umat Muslim pada setiap hari raya keagamaan Islam dengan ungkapan-ungkapan agar umat Muslim terus setia mengikuti contoh-contoh yang diberikan oleh nabi Muhammad dan agar mereka terus patuh/taat kepada Allah, sereta agar mereka memiliki toleransi religius. Apakah masing-masing pemimpin tersebut di atas memang kurang memahami mengenai hakikat Islam atau mereka sebetulnya hanya sekedar ingin membuat berita basa-basi saja pada saat-saat perayaan hari raya agama Islam tersebut? Tidak tahukah mereka bahwa sebetulnya tidaklah mungkin untuk mengikuti contoh-contoh yang diberikan oleh nabi Muhammad seperti tertulis dalam Hadis dan mentaati kehendak Allah sesembahan nabi Muhammad seperti yang tertulis dalam Alquran dan sekaligus bersikap toleran, penuh rasa damai serta tunduk pada suatu pemerintahan yang tidak sepenuhnya Islami.

Bahkan di negara seperti Mesir di mana semua pimpinan yang memegang jabatan kunci adalah umat Muslim, mereka (umat Muslim sejati) masih tetap merasa tidak tentram sebelum pemerintahan Islam murni/sejati direalisasikan dan diterapkan pada seluruh penduduknya tanpa kecuali (termasuk semua penduduk non-Muslim juga harus tunduk dan melaksanakan perintah Allah sesembahan nabi Muhammad tersebut). Selama umat Kristen Koptik dan gereja-gereja mereka masih tetap ada di Mesir, umat Islam tidak akan pernah merasa tentram/aman. Pada bulan September 1981, umat Muslim melakukan penyerangan terhadap umat Kristen Koptik dan mengakibatkan 50 orang meninggal. Oleh karena itu, Presiden Anwar Sadat kemudian memerintahkan penahanan dan penuntutan terhadap umat Muslim fundamentalis. Sebulan kemudian, kelompok Islam bawah tanah membunuh Anwar Sadat.

Hosni Mubarak berusaha menampilkan dirinya sebagai seorang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan maksud untuk menenangkan para anggota jihad, namun dia segera menyadari bahwa usahanya tersebut tetaplah sia-sia belaka. Umat Muslim militan tetap berusaha untuk menghancurkan pemerintahannya dan membentuk pemerintahan Islam sejati secara utuh di Mesir. Akibatnya, pariwisata yang merupakan penunjang utama ekonomi Mesir mengalami kemerosotan drastis. Keadaan tersebut terjadi sehubungan dengan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap para turis Barat yang mengunjungi monumen-monumen bersejarah di Mesir. Pada pertengahan bulan Oktober 1992, seorang turis berkebangsaan Inggris dibunuh dengan senapan mesin. Majalah Timur Tengah juga melaporkan bahwa militan-militan Islam “menembaki sebuah kapal pesiar yang melintasi Sungai Nil dengan membawa 140 turis Jerman. Dan pada tanggal 25 Oktober, 3 orang turis berkebangsaan Rusia ditusuk di Port said, sebuah kota yang terletak di Mediterranean.

Tidak ada satupun himbauan Presiden Hosni Mubarak yang dapat merubah sikap umat Muslim sejati dalam hal kekerasan dan gelap-mata. Umat Muslim tersebut sesungguhnya memerlukan operasi bedah roh – suatu operasi yang dilakukan oleh Roh Kudus untuk merubah hati atau roh manusia, suatu operasi hati atau roh yang sangat teliti, menyeluruh dan sempurna, suatu transplantasi hati rohani, suatu transplantasi gen dan tabiat baru. Itulah sebabnya kejadian tersebut dinamakan regenerasi. Tuhan Yesus menamakan kejadian tersebut sebagai “dilahirkan kembali”.

Pada hari Natal dan Paskah, para pimpinan politik kami secara tradisional mengucapkan selamat kepada kami, umat Kristen, dan mengajak kami untuk hidup dalam damai sejahtera. Kami mengucapkan terima kasih kepada mereka atas ucapan selamat tersebut. Namun perlu diketahui bahwa umat Kristen tidak memerlukan himbauan dari politisi maupun orang-orang berseragam untuk hidup dalam damai sejahtera. Kami mempunyai banyak pastor dan pendeta yang diurapi Tuhan yang dapat memberi himbauan semacam itu dengan lebih baik lagi. Bukan himbauan/pidato dari sekretaris suatu kantor berita yang menjadikan seorang Kristen hidup dalam damai dan dalam kesucian, melainkan Tuhan yang mengajarkan kami untuk “berdamai dengan semua orang” dan juga untuk “membalas kejahatan dengan kebaikkan” walaupun menghadapi provokasi! “Tetapi kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkanlah juga ia mengambil bajumu” (Lukas 6:27-29).

Pernyataan Tuhan Yesus tersebut kedengarannya aneh, tetapi itu memang merupakan salah satu dari ajaran-ajaran juruselamat kami, Yesus Kristus. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan hal semacam itu. Tuhan Yesus sendiri mendemonstrasikan perbuatan tersebut ketika Dia menyerahkan hidupNya supaya barangsiapa percaya kepadaNya dapat memperoleh hidup yang kekal. Dia adalah Gembala kami, dan kami adalah domba-dombaNya. Dan sebagai domba, kami tidak mempunyai tanduk untuk berkelahi, juga tidak mempunyai gigi taring untuk menggigit. Tuhanlah yang akan berperang untuk membela kami. Kami tidak membutuhkan politisi untuk mengajari kami hal tersebut. Nampaknya banyak dari pemimpin kami yang memaafkan perbuatan umat Muslim atau bahkan mempromosikan Islam di satu sisi namun di sisi lain mereka mengajari umat Muslim untuk hidup dalam damai. Jikalau seorang Muslim tidak dilahirkan baru, dia tidak akan dapat hidup dalam damai. Membayangkan adanya seorang Muslim yang benar-benar lemah lembut dan cinta damai sama dengan membayangkan adanya sebuah segi empat yang bundar atau sebuah gelas yang elastis. Anda harus menyadari bahwa seorang Muslim bagaimanapun juga tetap seorang Muslim. Sebagaimana yang kita baca dalam Alquran, Muhammad menyatakan: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk (Surat 9:29). Dalam Surat 4:89, Allah memerintahkan bahwa setiap orang yang meninggalkan agama Islam atau membujuk/mendorong orang lain untuk melakukan hal tersebut harus ditangkap dan kemudian dibunuh. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa orang-orang Muslim takut untuk berpaling dari agama Islam untuk memeluk keimanan Kristen.

Jadi, kalau dengan percaya dan menjalankan perintah Injil Yesus Kristus saya menjadi musuh Allah, siapakah Allah tersebut? Siapakah Allah tersebut yang merasa begitu terhina/terluka hatiNya oleh berita Injil Kristus? Mungkinkah Dia adalah Yahweh yang memilih Yesus diantara dua orang nabi besar dalam Alkitab dan kemudian berkata: “Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia” (Lukas 9:35). Kalau dengan “mendengarkan Dia (Yesus)” kami menghina/melukai hati Allah, tidak pantaskah kalau kami mencari tahu identitas Allah seperti ini? Suatu ketika Muammar Ghaddafi dari Lybia berkata: “Kirimkan misionari-misionari Islam ke Burundi, Zaire, Uganda, untuk menandingi kegiatan-kegiatan jahat misionari-misionari Kristen di sana. Allah menghendaki agar kamu berperang dalam satu barisan dan barangsiapa yang tidak mau berperang harus keluar dari Islam dan Allah tidak akan mengizinkan dia masuk firdaus… Kamu harus memberi dukungan kepada umat Muslim di Zaire dan menganjurkan mereka untuk melakukan serta melibatkan diri dalam jihad agar supaya Mobutu dapat dirobohkan (digulingkan). Barangsiapa yang berhasil membunuh Mobutu pasti akan masuk firdaus”. 11 Celakalah bangsa yang dipimpin oleh “Allah” seperti ini!.

Mengenai murid-muridNya (umat Kristen), Yesus menubuatkan sebagai berikut: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Tuhan. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yohanes 16:2,3). Hal ini berarti bahwa Allah yang dikenal sebagai Tuhan oleh orang-orang yang dinubuatkan Yesus sebagai pembunuh orang-orang Kristen sesungguhnya bukanlah Bapa Surgawi yang asli. Dan itulah sebabnya mengapa kami harus sabar dan menanggung penderitaan untuk mencari tahu siapakah Allah ini. Hal tersebut memang perlu kami lakukan.

Pengalaman Nigeria
Umat Muslim masa kini melaksanakan ibadah agama Islam sama seperti halnya yang dilakukan oleh Muhammad pada masa lalu. Tidak ada keekstreman. Kenyataannya, pada masa kini lebih sedikit jumlah pembunuhan yang mereka lakukan dibanding dengan pada masa lalu. Hal tersebut terjadi jelas karena adanya undang-undang sipil dan undang-undang anti kejahatan dan peraturan-peraturan yang menghalangi perbuatan kekejaman yang dilakukan seseorang atas nama atau dengan dalil agama. Nigeria telah sering mengalami praktek-praktek kekejaman Islam tersebut; banyak sekali kasus yang dapat disebutkan, namun kami hanya akan menyebutkan beberapa kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Kami teringat pada waktu terjadi kerusuhan yang dipicu oleh kelompok Islam Maitatsinis tahun 1980 di Kano yang menewaskan 4177 orang dengan kerugian harta benda yang ditaksir senilai berjuta-juta dolar. Dua tahun kemudian, pada tanggal 30 Oktober 1982, delapan gereja besar dibakar di Kano. Pada tahun yang sama umat Muslim menyerang Kaduna dan dalam peristiwa tersebut 400 orang terbunuh. Pada bulan Oktober tahun yang sama itu pula, para anggota kelompok Persatuan mahasiswa Muslim menyerang Sabon Gari di Kano dan menewaskan dua orang. Banyak diantara pembunuhan-pembunuhan tersebut ditujukan bukan saja kepada umat Kristen tetapi juga ditujukan kepada orang-orang sesama Muslim yang berlainan sekte.

Pada tahun 11984, umat Muslim di Yola dan Jimeta gelap mata dan membunuh 700 orang termasuk polisi, dan 5913 orang kehilangan tempat tinggal. Mereka juga mengepung Gombe dan membunuh lebih dari 100 orang.12

Pada tanggal 13 Mei 1986, para mahasiswa Muslim dari Universitas Sokoto mengamuk dan menyerang mahasiswa lain dengan menggunakan senjata-senjata berbahaya. Sementara mahasiswa Muslim tersebut masih mengamuk di Sokoto, kelompok mahasiswa yang sama yang berada di Ibadan juga ikut-ikutan melakukan aksi yang sama yaitu dengan membakar patung Yesus di sebuah Kapel Kebangkitan di Universitas Ibadan. Pada tahun berikutnya , tepatnya pada tanggal 6 Maret 1987, di Akademi Pendidikan, Kafanchan di wilayah Kaduna, umat Muslim terus mengamuk, mereka berharap gerakan mereka akan merambat sampai ke Selatan. Peristiwa ini melanda Kafanchan, Kaduna dan Zaria. Dari 150 gereja yang ada di Zaria, hanya 1 gereja yang selamat dari pembakaran yang dilakukan oleh anggota pasukan jihad di kota tersebut dalam waktu 3 hari. Banyak orang Kristen dibunuh dengan tanpa perasaan sementara yang lainnya dibakar hidup-hidup. Banyak rumah milik orang Kristen dan mobil-mobil dengan stiker Kristen dibakar di kota-kota tersebut di atas. Pada waktu itu penulis buku ini berada di Kaduna dan Zaria untuk melihat sendiri peristiwa tersebut. Penyebab yang memicu terjadinya kerusuhan tersebut adalah sebagai berikut: Pada suatu hari seorang mahasiswi Muslim menuduh bahwa Pendeta Abubakar Balo, semula adalah seorang Muslim, telah salah menginterpretasikan Alquran dalam kotbahnya. Tidak seorangpun non-Muslim boleh mengutip ayat-ayat Alquran, namun sebaliknya orang Muslim boleh mengutip ayat-ayat Alkitab. Menurut umat Muslim, seorang yang bukan Muslim tidak mampu memahami apa yang dinyatakan oleh Alquran mengenai sesuatu masalah.

Selama krisis ini, Padri kampus Universitas Ahmadu Bello, di Kongo, Dr. Ben Oruma, seorang yang pelayanannya di Kapel telah membantu mengurangi jumlah mahasiswa Muslim di universitas tersebut, menjadi target utama pembunuhan yang akan dilakukan oleh anggota jihad. Dari rumahnya, dia diburu sejauh beberapa mil. Akhirnya, mereka menangkapnya, lalu mereka menusuk tubuhnya dengan pisau, membacok dan memukulnya. Dr. Oruma bersaksi, “Mereka berpikir bahwa mereka telah menghabisi saya, dan sambil meninggalkan saya, sayup-sayup saya mendengar mereka mengumandangkan slogan ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar’ (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)”. Slogan tersebut dikumandangkan karena Allah telah menyerahkan musuhNya ke tangan mereka. Dalam buku kecil ini tidaklah mungkin bagi kami untuk menuliskan semua laporan mengenai kekejaman yang dilakukan oleh umat Muslim sejak jihad Uthman dan Fodio dilancarkan di Nigeria pada tahun 1804. namun demikian horor-horor seperti itu belum bisa dikategorikan sebagai tindakan-tindakan ekstrem. Salah satu tujuan buku ini adalah untuk menunjukkan bahwa kekerasan dalam Islam mencakup baik doktrin maupun manusia. Dalam Kristen, kedamaian juga merupakan suatu ajaran untuk ditaati, dan sekaligus seorang Manusia (Maksudnya Yesus) untuk dimiliki.
Ketika seseorang dimiliki oleh salah satu dari dua keimanan tersebut (maksudnya Kristen atau Islam), orang tersebut passti harus bersikap sesuai dengan keimanan yang menguasainya itu (keimanan yang dipeluknya). Coba anda jumpai seorang Muslim sejati yang lemah lembut dan suka damai, dan anda akan segera mengetahui bahwa apabila anda menekan sebuah tombol dalam kehidupannya, pasti sifat dasar aslinya akan dimanifestasikannya (catatan: menurut tafsiran penerjemah pengertian ‘menekan sebuah tombol dalam kehidupannya’ adalah mengusik salah satu nilai-nilai keislamannya). Orang yang paling suka damai di antara mereka (umat Muslim) justru telah memperlihatkan sifat dasar aslinya seperti tersebut di atas kepada kita. Pembunuhan yang mereka lakukan terhadap kami (umat Kristen) justru membuat kami makin berani. Suara kami makin keras di ambang kematian kami daripada ketika hidup. Ribuan umat Kristen telah dibantai, namun umat Muslim jangan menganggap bahwa mereka telah berhasil membungkam umat Kristen.
Namun demikian, ada satu hal yang perlu kami jelaskan dan umat Muslim yang berada di negara-negara Barat perlu mengetahuinya. Kami tidak akan menunggu sampai Islam mencekik leher kami dan memperbudak bangsa-bangsa kami yang merdeka sebagaimana yang dilakukan Islam di Afrika Utara, dan di berbagai tempat di dunia ditabukan bagi orang-orang untuk mengakui keimanan Kristen atau bertobat menerima Yesus sebagai juruselamat secara terbuka, karena hal tersebut sangat menyakiti hati Islam. Umat Muslim supaya berhati-hati; Yahweh, Tuhan kami, tidak akan melupakan semua pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh umat Muslim terhadap kami secara berulang-ulang selama berabad-abad dan Dia akan menuntut balas kepada umat Muslim atas perbuatan yang mereka lakukan terhadap umat Kristen. Kami berharap setiap pemerintahan yang bertanggungjawab agar segera menarus perhatian secara serius atas peringatan kami ini mulai saat ini. Walaupun Yahweh, Tuhan kami, adalah Tuhan yang penuh belas kasihan, Dia tidak akan pernah mengampuni orang yang tidak mau mengakui dosa-dosanya serta bertobat. Umat Muslim tidak mau bertobat namun jangan mereka pikir bahwa mereka boleh melanjutkan kekejaman mereka tanpa kendali.

Pada tahun 1991 dan 1992 terjadi lagi tiga kali kerusuhan yang dilakukan oleh umat Muslim di Katsina, Bauchi dan Kano yang telah menewaskan ribuan orang Kristen. Di Bauchi, penyebab kerusuhan adalah penjualan daging babi panggang atau Suya oleh seorang Kristen di Tafawa Balewa, suatu wilayah Kristen, dan menurut kata orang daging babi tersebut dibeli dan dimakan oleh seorang Muslim. Akibatnya, orang Kristen penjual daging tersebut dibunuh karena dituduh “menggoda” orang Muslim tersebut. Tidak cukup sampai di situ, kejadian tersebut berlanjut dengan timbulnya kerusuhan yang menewaskan ratusan orang baik dari pihak Muslim maupun pihak Kristen.

Di Kano, umat Muslim membuat kerusuhan untuk memprotes usulan akan diadakannya acara penginjilan Kristen oleh pengkhotbah Kristen, Reinhard boonke. Banyak laporan mengenai kekejaman-kekejaman yang tak terlukiskan. Dua staff dari penerbitan Nigeria yang menerbitkan buku ini pergi ke Kano segera setelah terjadi kerusuhan tersebut. Salah satu cerita yang telah beredar secara luas di kota tersebut adalah cerita mengenai seorang wanita hamil yang telah diseret keluar dari rumah sakit oleh anggota-anggota jihad dan menurut laporan, wanita tersebut disayat perutnya dengan pisau belati dan ‘janin kafir yang di dalamnya’ dibuang. Sekelompok pengamat berita dari majalah “The Nigerian Newswatch” yang datang ke kota itu untuk meliput berita mengenai penyembelihan/penyayatan perut wanita tersebut melaporkan bahwa sangatlah melanggar kesopanan untuk menerbitkan gambar-gambar yang mereka ambil di Kano.
Nampaknya kita sangat mudah melupakan sejarah, sehingga akibatnya kita membahayakan generasi kita dan anak cucu kita. Buku ini didedikasikan untuk mengenang seorang Tetua Gereja ECWA, Tundun Wada, di Kaduna, yang dibakar oleh umat Muslim sampai mati bersama dengan gerejanya dalam kerusuhan 1987. Gereja tersebut kemudian dibangun kembali dengan biaya sebesar 500.000 Naira (mata uang Nigeria). Pada bulan Mei 1992 orang-orang Islam membakar lagi gereja tersebut. Ketika pembakaran ini terjadi, di dalam gereja tersebut sedang diadakan suatu sandiwara Kristiani. Segerombolan orang Islam dengan tiba-tiba datang mengepung gereja tersebut kemudian membakarnya. Dalam peristiwa tersebut sekurang-kurangnya 20 orang diantara yang hadir di gereja tersebut tewas. Asisten Sekretaris gereja, Musa Bakut, tidak hadir di gereja tersebut, namun orang Muslim mencarinya di rumahnya dan membunuh dia beserta anak laki-lakinya, membakar mobilnya dan meninggalkan istrinya dalam keadaan sekarat. Mereka memutuskan untuk tidak membunuh istri Musa Bakut, karena mereka tiba-tiba teringat sabda Allah yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh membunuh wanita atau anak-anak. Semua peristiwa tersebut terjadi selama kerusuhan-kerusuhan Zango Kataf di Kaduna – kami diberitahu secara berulang-ulang, bahwa peristiwa-peristiwa tersebut tidak ada hubungannya dengan agama.

Filsafat Perdamaian
Kami memperhatikan bahwa seberapa banyak jumlah orang di dunia sebanyak itu pula jumlah pendapat manusia. Ada sementara orang yang mungkin saja menaruh rasa simpati terhadap umat Kristen karena kehancuran/kerusakan yang mereka derita akibat ulah umat Muslim. Namun orang-orang tersebut juga meyakini bahwa usaha menyelidiki siapa Allah umat Muslim merupakan perbuatan yang ekstrem. Bagi orang-orang semacam itu, buku yang seperti kami tulis inipun sudah dianggap ofensif. Mereka tidak tahu bahwa Alkitab umat Kristenpun dianggap ofensif oleh umat Muslim. Mereka berpendapat bahwa sebaiknya umat Kristen tetap diam di rumah mereka masing-masing atau meratapi nasib mereka di dalam rumah mereka sendiri-sendiri. Seorang penulis harus menghormati agama dan perasaan orang-orang lain – maksudnya tetap berdiam diri (tetap damai) walaupun eksistensi hak-haknya dirampas. Dia harus dikuasai oleh rasa damai.

Orang-orang dengan pendapat-pendapat seperti itu pasti tidak memahami apakah arti damai dalam Islam. Ada sebuah balada Yahudi yang menceritakan mengenai seekor ikan sarden yang sedang berenang di lepas pantai Eilat. Ikan sarden tersebut berjumpa denagn seekor ikan hiu dan menyapanya dengan rendah hati, shalom atau salam damai. Untuk menghindari timbulnya perselisihan, ikan sarden tersebut memberikan ekornya, beberapa sirip dan sisiknya kepada ikan hiu itu, namun perbuatan ikan sarden itu tidak memberikan hasil apapun. Sekarang, demi perdamaian yang abadi dan sesungguhnya, ikan sarden tersebut menyerahkan semua apa yang dia miliki. Ikan hiu tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju dan mengucapkan kata ‘damai’ sambil membuka mulutnya lebar-lebar kemudian menelan ikan sarden itu bulat-bulat. Inilah yang dinamakan damai yang abadi.

Dalam kantor-kantor pemerintahan di Nigeria Utara, sirip-sirip, ekor, dan sisik-sisik umat Kristen telah dipotong-potong oleh bos mereka yang beragama Islam. Sekolah-sekolah Kristen (dimana bos yang beragama Islam itu dulunya dididik) dan rumah sakit-rumah sakit Kristen telah diambil alih dan diberi nama Islam. Namun semua pengorbanan dari para karyawan Kristen tersebut belumlah cukup untuk memenuhi syarat bagi tercapainya damai sejati menurut Islam.

Bagi Islam, damai atau ‘salaam’ belum dicapai kalau Islam belum menelan bangsa yang menjadi musuhnya. Damai berarti memusnahkan semua musuh-musuhnya. Damai berarti menaklukkan, membunuh, atau menelan semua orang yang tidak konformis (maksud dari ‘orang yang tidak konformis’ adalah orang yang menolak doktrin/ajaran Islam). Oleh karena itu, jangan ada seorangpun yang membayangkan untuk ‘memberi kesempatan kepada sang ‘salaam’ (damai) dalam sebuah Negara yang jumlah umat Muslimnya sangat signifikan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Richard Wurmbrand, “Umat Kristen tidak akan bertengkar, tetapi umat Kristen juga tidak akan membiarkan siapapun untuk menelan diri mereka bulat-bulat. Anak-anak Tuhan adalah suatu spesies yang sangat berharga; kami harus tetap bertahan hidup … sementara di satu sisi kami harus membenci perang, di sisi lain kami juga harus mengalahkan Hitler, pecinta perang”. 13

Pada akhir tahun 1989, para pimpinan utama (pimpinan yang memegang posisi kunci) umat Muslim di seluruh Afrika berkumpul di Nigeria. Salah satu resolusi yang dicetuskan adalah membentuk “The Islam in Africa Organization” (Organisasi Islam di Afrika). Akhirnya, organisasi tersebut dapat terbentuk dan Nigeria dijadikan Markas Besar tetapnya. Para anggota menyimpulkan: “Kami siap berjuang sampai kapanpun untuk menerapkan Syariat Islam di Negara ini baik ketika kami hidup maupun mati”.14

Apakah umat Kristen sebaiknya diam sehingga kami tidak perlu memprovokasi suatu kerusuhan? Umat Muslim tidak perlu diprovokasi. Mereka tidak perlu diperintah dua kali untuk berperang. Jika mereka harus mematuhi perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alquran dan harus mengikuti contoh-contoh dan instruksi-instruksi Muhammad yang tertulis dalam Hadis, mereka tidak perlu diprovokasi (maksudnya mereka pasti melakukan kedua hal tersebut di atas dan tidak perlu dihasut-hasut). Umat Muslim sejati selalu merencanakan tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya untuk “menaklukkan” musuh-musuh Allah. Menurut mereka, setiap orang harus diadili dengan Syariat Islam, hukum-hukum Allah.

Para pemimpin Islam saat ini bekerja keras untuk menguasai bukan hanya Afrika tetapi juga dunia Barat. Bermilyar-milyar petrodollar dimanfaatkan untuk membangun mesjid-mesjid di Britania Raya, di Eropa, di Australia dan di Amerika Serikat. Ketika Konferensi Islam Internasionaln diselenggarakan di Inggris pada tahun 1976, umat Muslim memutuskan dan bersumpah: “Jika kami dapat memenangkan London untuk Islam, seluruh dunia Barat tidak terlalu sukar untuk ditaklukkan”.

Sebagian besar orang-orang Inggris bahkan tidak membayangkan mengenai kemungkinan umat Muslim merealisasikan aspirasi tersebut. Namun perkembangan Islam di Britania Raya sangat pesat. Saat ini di Inggris telah terdapat lebih dari 1000 mesjid. Bangsa-bangsa Barat relatif sangat makmur karena berkat-berkat Tuhan yang dilimpahkan kepada umat Kristen di sana. Melihat keuntungan-keuntungan ekonomi yang sangat menjanjikan tersebut, orang-orang Islam kemudian berbondong-bondong menuju ke Barat. Namun, bukannya kami yang menyampaikan berita Injil kepada mereka malahan umat Muslim diberi kesempatan untuk membangun mesjid-mesjid dan madrasah-madrasah serta mengembangkan agama Islam di Barat. Kami mungkin berpendapat bahwa kami ingin membantu mereka, namun dalam kenyataannya bukan demikian halnya. Karena setelah mereka mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan agama Islam mereka bukannya berterima kasih dan melakukan ibadah mereka dengan tertib dan tenang di dunia bebas, mereka malahan menuntut lebih banyak lagi yaitu agar mereka memiliki parlemen Islam sendiri. Seruan mereka nampaknya telah mempengaruhi para pembuat undang-undang Inggris di berbagai wilayah terutama yang berkaitan dengan status Kristen dan Islam di negeri tersebut. Orang-orang Islam bahkan menuntut diterapkannya hukum potong tangan bagi para pencuri sebagaimana yang dilakukan di negara-negara Islam, mereka juga menuntut dilaksanakannya Syariat Islam di dunia Barat. Jika umat Muslim memang meyakini bahwa Allah itulah yang seharusnya memerintah kami di dunia bebas, mereka pertama-tama semestinya mengizinkan kami mempelajari mengenai Allah dan manifesto-manifesto dan konstitusiNya secara menyeluruh; karena Alkitab kami menyatakan: “Berbahagialah bangsa yang Tuhannya adalah Yahweh”.
Jika Allah Muslim adalah Allah yang memerintah dunia Islam dimana seseorang tidak boleh berbicara mengenai kebebasan atau hak-hak azasi manusia; jika Dia adalah Allah negara Kuwait dimana seorang wanita tidak memiliki hak suara, atau Allah negeri Saudi Arabia dimana seorang wanita tidak boleh mengemudikan mobil, atau Allah negeri Iran dimana seorang istri harus mendapatkan “izin tertulis” dari suaminya sebelum keluar rumah, atau Allah yang memberi inspirasi kepada Muhammad dan Allah yang berfirman dalam Alquran, kami di dunia bebas membutuhkan sedikit waktu untuk mempelajari mengenai Dia lebih dahulu dengan maksud agar kami dapat memutuskan apakah kami akan membiarkan Dia memerintah negeri kami atau tidak.

Dunia Barat, terutama Inggris, mempunyai sebuah ilusi untuk tetap mempertahankan standar keadilan bagi semua orang, tidak ingin menyusahkan umat Muslim. Parlemen Australia bahkan berusaha untuk membuat undang-undang yang melarang seseorang berbicara mengenai hal-hal yang mendiskreditkan agama lain (hal ini tentunya juga berarti bahwa orang beragama bukan Kristen tidak boleh mendiskreditkan agama Kristen).

Tindakan Parlemen Australia tersebut hanyalah munafik karena sesungguhnya banyak hal yang ditulis oleh kantor-kantor berita di seluruh dunia terutama oleh para penulis beragama Islam, yang mendiskreditkan Kristen, namun nampaknya tak seorangpun merasa keberatan atas tulisan mereka tersebut.

Tujuan Islam adalah mencaplok dunia. Sebagai kebijakannya, Muslim tidak boleh “dilukai perasaannya” atau “diserang”; tetapi mereka boleh terus menerus menyerang agama-agama lain, terutama Kristen. Di negara-negara Islam perbuatan seorang Muslim menggiring seorang Kristen masuk Islam merupakan perbuatan yang dibenarkan oleh hukum, namun perbuatan seorang Kristen menggiring seorang Muslim masuk Kristen merupakan perbuatan kejahatan yang sangat serius, suatu perbuatan illegal yang sangat tidak dibenarkan oleh hukum. Di beberapa negara, pengkhotbah Kristen mungkin akan menghadapi hukuman mati. Umat Muslim merasa sudah sewajarnya kalau mereka menuntut hak mereka untuk membangun mesjid-mesjid dimanapun di dunia Barat, sementara itu mereka bermimpipun tidak membayangkan untuk mengizinkan gereja-gereja dibangun di negara-negara mereka sendiri (negara-negara Islam).

Sangat merupakan suatu pretense liberalitas dan suatu kesalahan serius bagi para pembuat undang-undang kami untuk memandang enteng ancaman-ancaman dan terorisme Islam di dunia Barat. Kalau kami tetap memiliki sikap “hidup dan membiarkan hidup” terhadap Islam, Islam memang pasti hidup, tetapi kehidupannya hanya untuk menghancurkan kami!

Hak Untuk Menangis Dengan Keras
Di mana Islam mendapatkan kedudukan/kesempatan, Islam selalu menggunakan kesempatan itu untuk menganiaya umat Kristen, tidak cukup sampai disitu saja Islam bahkan berusaha keras untuk membungkam gereja agar tidak berkomentar apapun. Islam boleh melukai korban dan sekaligus merampas hak korban untuk menangis/mengeluh. Umat Kristen Koptik di Mesir mengalami penganiayaan secara berkesinambungan selama berabad-abad, dan sampai saat ini mereka masih mengalami tindasan-tindasan yang sama dari orang-orang Islam. Di Nigeria saja, dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak orang Kristen dibantai oleh umat Islam. Apakah mereka masih memiliki kebebasan untuk menangis? Setelah berhasil menggorok leher saudara saya, apakah mereka juga akan mencegah saya untuk menangis keras-keras?

Siapa takut mati? Siapa takut pada ancaman dari manapun? “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Roma 8:35-37). Orang Kristen Nigeria tidak perlu takut lagi. Umat Muslim sudah terlalu banyak membunuh mereka – sedemikian banyaknya, sehingga kerusuhan-kerusuhan yang berbau agama sudah tidak layak disebut berita lagi di Nigeria.

Seandainya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh umat Muslim tersebut tidak punya landasan yang tertulis dalam Alquran maupun Hadis, kami pasti akan menganggap mereka sebagai ekstremis. Itulah salah satu alasan mengapa kami harus mempelajari mengenai Allah yang berbicara dalam Alquran dan yang telah memberi inspirasi kepada umat Muslim untuk memusuhi umat Kristen. Kami bersyukur kepada Tuhan kami bahwa darah orang-orang Kristen yang mati syahid telah memberi kekuatan kepada gereja Yesus Kristus. Darah seorang Kristen yang tertumpah karena mempertahankan imannya kepada Kristus seringkali menjadi pupuk kehidupan Gereja Tuhan.

Kami tidak takut. Kami kalah untuk menang; kami mati untuk menaklukkan. Augustine, sambil menguraikan pengalaman dari umat Kristen mula-mula, berkata: “Para martir Kristen diikat, dijebloskan ke dalam penjara, dicambuk/didera, disiksa, dibakar, dikuliti, dibantai, … namun justru jumlah mereka makin berlipat ganda”. Haleluyah! Penulis buku ini telah bekerja di Nigeria dan dia dapat mengatakan dengan pasti bahwa hal inilah (maksudnya umat Kristen makin dibasmi makin bertambah banyak jumlahnya) yang terjadi di Nigeria. Lebih banyak orang-orang Islam yang bertobat dan menerima keimanan Kristen dalam sepuluh tahun terakhir ini, sejak umat Kristen mengalami penganiayaan yang sangat serius, bila dibandingkan dengan jumlah orang-orang Islam yang bertobat dalam gabungan seluruh dekade-dekade sebelumnya yang hanya dilakukan melaui dialog. Dalam pandangan kami kejadian tersebut sungguh ajaib/mengherankan. Melihat kenyataan ini iblis menjadi bingung, sambil menyesali apa yang telah diperbuatnya. Iblis tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, sementara bagi kami keadaan tersebut justru baru merupakan langkah awal dari perjalanan kami yang panjang.
Dekade ini merupakan masa-masa kritis dalam usaha merealisasikan program Tuhan. Banyak usaha yang dilakukan oleh berbagai negara untuk menutup pintu bagi pelayanan/penginjilan Kristen. Namun kami yakin bahwa sekaranglah saatnya kuasa Roh Kudus siap membebaskan orang-orang yang dibelenggu oleh pengaruh Islam di negara-negara Islam sekalipun negara-negara tersebut sangat sulit ditembus oleh kekuatan manapun di dunia. Mereka bisa saja membelenggu kami, namun mereka tidak akan mampu membendung Firman Tuhan. Mereka bisa saja melarang kami memasuki negara mereka, tetapi mereka tidak akan mampu melarang Roh Kudus untuk “membebaskan” tawanan yang telah mereka belenggu dengan kuasa Islam.

Semua negara-negara Islam sudah masuk program Tuhan. Mereka semua harus berdiri di hadapan tahta surga (Wahyu 7:9-10). Namun setelah kemenangan yang diperoleh Yesus bagi keselamatan mereka 2000 tahun yang lalu, iblis masih tetap mengikat mereka dengan agama yang palsu dan pengaruh-pengaruh roh jahat/najis. Bermilyar-milyar orang mati dalam dosa-dosa mereka dan dalam sebuah harapan yang palsu. Tidak lama lagi, Yesus Kristus akan datang kembali untuk mengambil milikNya sendiri (orang-orang yang sudah menerima Yesus sebagai juruselamat mereka), dan kemudian Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas dunia ini. Namun dengan kedaulatanNya, Tuhan akan melawat semua bangsa-bangsa dan menyelamatkan sebagian dari mereka melalui berbagai cara yang dikehendakiNya. Tuhan melakukan semua hal ini karena besar kasihNya. Tidak ada satupun alat pengamanan yang dapat mencegah lawatan Tuhan tersebut. Tidak ada satupun penganiayaan yang dapat mencegah usaha penyelamatan yang dilakukan Tuhan itu. Tuhan sendiri yang akan memperlihatkan kekuasaannya kepada bangsa-bangsa tersebut. Yesus berkata: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu … “ (Matius 28:19). Tuhan telah melengkapi kita dengan urapan dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas penginjilan tersebut, dan tak ada satupun yang dapat menghentikan kami. Berbicara mengenai usaha penyelamatan bagi orang-orang yang diperbudak oleh suatu agama, Yesus berkata, “Bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu?” (Matius 12:29). Dengan kuat kuasa Tuhan, dan sebagai sekawanan rajawali Tuhan, kami akan menerobos masuk ke dalam “benteng-benteng orang kuat tersebut” untuk membebaskan tawanan-tawanannya. “Pada waktu itu beban yang ditimpakan mereka atas bahumu akan terbuang, dan kuk yang diletakkan mereka atas tengkukmu akan lenyap” (Yesaya 10:27a).

Suatu Tantangan Terbuka
Menurut pendapat kami yang sederhana, kami rasa umat Muslim tidak perlu berperang. Yesus telah berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup”. Para pemimpin agama pada masa Yesus ada di dalam dunia yang mengatakan “Tidak”. Mereka telah menyalibkan Dia. Namun pada hari ketiga, Dia bangkit kembali, menampakkan diriNya kepada banyak orang di kota Yerusalem selama 40 hari penuh sebelum Yesus naik ke surga secara jasmaniah. Yesus masih tetap hidup dalam tahta kemuliaanNya sampai sekarang. Hal itu menunjukkan bahwa Kebenaran mempunyai kemampuan dasar alamiah untuk tetap hidup dan mempertahankan diri. Sebagai umat Kristen, kami tidak pernah terpengaruh oleh pamflet-pamflet, kaset-kaset video dan audio, provokatif Islam yang dilontarkan oleh Ahmed Deedat dan murid-muridnya di Afrika Selatan, dan di berbagai tempat di dunia. Kami percaya bahwa kami tidak perlu membuat keributan atau berperang untuk mempertahankan kebenaran. Kebenaran selalu menang.

Namun berbeda dengan umat Kristen, umat Muslim selalu mempertahankan Islam dari kritikan dengan cara-cara yang tidak terbayangkan sebelumnya. Jika agama Islam adalah “Kebenaran” atau bahkan suatu Kebenaran yang paling benar, Allah tentunya tidak perlu memerintahkan agar umat Muslim mengangkat pedang untuk mempertahankannya. Yesus disalibkan oleh tentara-tentara Romawi yang sangat kejam, namun Dia bangkit kembali. Saya rasa “kebenaran” Islam harus dapat bangkit kembali manakala “kebenaran” tersebut disalibkan oleh para penulis biasa. Oleh karenanya, alangkah baiknya kalau umat Muslim tenang-tenang saja dan melihat apakah berita cetak mampu menyalibkan “kebenaran” mereka.

Siapa takut pada pena dan siapa takut pada berita? Kebenaran keimanan Kristen telah mengalami penyaliban yang disebabkan oleh adanya tulisan pena yang telah terjadi selama berabad-abad; namun demikian keimanan Kristen tersebut tetap hidup sampai saat ini, dan bahkan makin menyebar ke mana-mana padahal tanpa menggunakan kekuatan senjata apapun. Boleh dikata tiada hari tanpa adanya seorang yang bertobat dan menerima kebenaran Alkitab. Hanya di negara-negara yang berorientasi dan dipengaruhi Kristen saja yang memberi kebebasan berpikir kepada seseorang sesuai dengan apa yang dia kehendaki dan kebebasan untuk mempercayai apapun yang ingin dipercayainya. Suatu hal yang sangat ofensif bagi seorang warganegara dari suatu negara Islam untuk mempercayai dan memberitakan bahwa Yesus adalah juruselamat. Misionari-misionari dan literatur-literatur Kristen dilarang. Mengapa? Jika umat Muslim percaya bahwa “kebenaran” mereka bersifat mutlak (tidak terbantah), biarkan saja literatur-literatur Kristen dan orang-orang yang diurapi dan dikirim oleh Roh Kudus masuk pintu gerbang Islam, dan setelah itu mari kita lihat dalam satu dekade mendatang apa yang bisa dilakukan oleh “Pedang Roh Kudus” terhadap hati seorang Muslim dalam suatu lingkungan yang bebas. Marilah kita lihat apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang diurapi Roh Kudus dalam memecahkan kuk kepalsuan. Ini merupakan tantangan terbuka dari kami! Kami tidak perlu berperang.

Umat Muslim banyak menulis hal-hal yang menyerang keimanan Kristen. Namun mereka sangat takut ketika melihat seorang Kristen mengamati Alquran scara kritis dan cermat. Padahal sepanjang yang kami ketahui suatu kebenaran sejati tidak pernah takut kalau ada orang mau menelitinya untuk mengetahui apakah ada kebohongan terkandung di dalamnya (maksudnya pasti tidak ada kebohongan di dalam kebenaran sejati, jadi mengapa harus takut kalau ada orang mau meneliti kebenaran sejati tersebut). Itulah sebabnya umat Kristen tidak pernah takut kalau kebenaran sejati Alkitab akan diteliti orang dengan tujuan mencari tahu apakah ada kebohongan terkandung di dalamnya. Kami membiarkan pikiran/akal budi orang itu sendiri untuk mencari tahu kebenaran tersebut dan selanjutnya terserah apa keputusannya. Tidak ada paksaan/kekerasan. Ketika seseorang menemukan kebenaran, dia tidak akan pernah takut ada kebohongan di dalamnya karena kebohongan sudah disingkirkan. Hanya kebohongan yang akan takut dan curiga manakala ada usaha untuk mengungkap kebohongan tersebut. Penulis buku ini telah membaca beberapa buku yang telah ditulis oleh para agnostic (catatan: agnostic adalah orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi, misalnya Tuhan, tidak dapat diketahui dan tidak akan dapat diketahui), orang-orang ateis, para humanis, para psikolog, orang-orang komunis dan para ilmuwan Muslim.
Tetapi orang-orang Muslim pada umumnya takut pada literatur Kristen. Seseorang berusaha memberikan edisi pertama dari buku ini kepada seorang teman mahasiswa beragama Islam di sebuah universitas di Inggris. Mahasiswa Muslim tersebut menolaknya ketika dia mengetahui bahwa buku ini ditulis oleh seorang Kristen. Mengapa? Dia takut akan kemungkinan dia menghadapi kenyataan-kenyataan dan dapat menghancurkan keimanan Islamnya. Rata-rata orang Islam takut membaca literatur Kristen, terutama, kalau literatur tersebut berbicara mengenai Islam. Dia bahkan siap membunuh penulis tersebut. Mengapa? Karena dia ingin mempertahankan “kebenaran”. Tetapi perlu kami katakan bahwa kebenaran, secara alamiah,memiliki kemampuan untuk membela dirinya sendiri! Tambahan lagi, suatu kebenaran yang sejati bukanlah kebenaran yang layak dibungkam, tetapi kebenaran yang layak dipertahankan untuk dapat mengungkapkan dirinya sendiri. Suatu agama yang tidak layat dipertahankan sudah pasti tidak layak hidup; namun perlu dipastikan bahwa seorang religius tidak mempertahankan kebohongan atau penipuan. Itulah sebabnya mengapa seorang Muslim harus bersabar untuk mencermati apa yang akan diungkapkan dalam risalah ini mengenai Allah yang berbicara dalam Alquran.

Biarkan Allah Yang Berperang
Kami harus membela iman dan keyakinan kami terhadap kepalsuan, tetapi mengapa kami harus membela Tuhan dan berusaha menyelamatkan reputasiNya? Tindakan yang paling keras yang dapat kami lakukan terhadap orang yang menghujat Tuhan kami adalah menyerahkan orang tersebut kepada Tuhan sendiri agar Tuhan memberi hukuman kepadanya. Itulah yang dilakukan Paulus di pulau Pafos ketika seorang nabi palsu dan tukang sihir, Elimas, berusaha untuk mencegah pimpinan pulau tersebut untuk bertobat. Seketika itu juga Elimas menjadi buta (Kisah Para Rasul 13:6-12). Tuhan membela FirmanNya di sana.

Pada akhir tahun 1987 seorang Muslim memutuskan untuk membuldoser kuburan-kuburan dari beberapa misionari Kristen berkulit putih yang telah meninggal di kota Ibi di daerah Pemerintahan Lokal Wukari di bagian wilayah yang sekarang disebut Taraba di Nigeria dengan maksud agar usaha perkebunannya dapat diperluas. Tuhan berbicara kepada seorang Kristen untuk memberitahu Emir kota Ibi agar Sang Emir mau memberitahu orang Muslim yang akan membuldoser kuburan-kuburan tersebut untuk membatalkan niatnya. Sang Emir ternyata tidak bersedia karena ajaran-ajaran agamanya. Pada tanggal 24 Desember 1987, kuburan-kuburan tersebut dibuldoser. Tiba-tiba, api misterius berkobar-kobar dan menyambar-nyambar. Buldoser itu merupakan korban sambaran api yang pertama. Setelah buldoser tersebut, api secara selektif membakar properti beberapa orang Muslim di kota itu. Hanya anak-anak kecil yang dapat melihat api yang sedang mendekati targer-targetnya. Api yang tidak tampak tersebut berlangsung terus sampai bulam Maret tahun berikutnya (tahun 1988). Sebelum bulan Januari 1988 api telah memusnahkan kira-kira 400 buah rumah, demikian laporan dari sebuah surat kabar sekuler yang berpusat di Utara Nigeria, The Reporter, terbitan tanggal 30 Januari 1988. Sebelum Maret, jumlah rumah-rumah yang terbakar bertambah menjadi kira-kira 3000 buah.15 Beberapa orang Muslim yang rumahnya tidak terbakar dan yang dengan cepat menyadari bahwa api tersebut sangat selektif, segera pergi menyembunyikan harta milik mereka di kota dan desa-desa terdekat. Meskipun api dapat mengidentifikasi properti-properti dari kota Ibi, api berlaku adil atas properti yang meninggalkan pemiliknya dalam keadaan sama dengan rumah-rumah yang tidak terbakar (properti mereka aman). Tidak ada satu rumahpun milik orang-orang Kristen yang terbakar. Namun beberapa orang Kristen yang berani bersimpati kepada teman-teman Muslim mereka tiba-tiba mengalami pembersihan. “Seorang bapak beragama Islam yang memukul anaknya karena bergabung dengan beberapa orang Kristen dalam persekutuan doa, juga mengakui rumahnya musnah terbakar malam itu”.16 nampaknya kejadian tersebut di atas seperti sebuah dongeng rakyat dalam abad ke 20? Ya, hal tersebut memang aneh, tetapi peristiwa itu nyata/riil. Paling sedikit dua surat kabar sekuler melaporkan insiden kebakaran yang aneh itu. Bahkan otoritas televise Nigeria di Lagos melaporkan kejadian tersebut dalam program siaran akhir pecan Newsline dan suatu komite yang terdiri dari para seismolog dibentuk oleh Pemerintahan Federal untuk menyelidiki penyebab dan sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan oleh api misterius tersebut. Komite para seismolog tersebut ternyata tidak dapat memberikan penjelasan secara ilmuah mengenai penyebab peristiwa itu.

Ketika semua usaha pengorbanan, dan doa oleh Emir gagal menghentikan operasi api tersebut, Nampak jelas bahwa Tuhan umat Kristen bahkan membela tulang-tulang hamba-hambaNya yang telah meninggal puluhan tahun sebelumnya yaitu tahun 1904 dan 1905. Umat Kristen menyadari bahwa mereka tidak boleh menaruh simpati kepada umat Muslim, tetapi mereka juga tidak senang/tidak gembira dengan apa yang telah terjadi. Umat Kristen hanya dapat mengajak orang-orang untuk berkumpul bersama dan memberitakan Injil perdamaian dan kasih kepada mereka. Suatu organisasi Kristen, Love Divine Ministry (Ministri kasih Tuhan), yang berpusat di Kaduna mengirim utusannya ke kota Ibi. Lebih dari 400 orang, sebagian besar orang-orang Islam, bertobat dan menerima kabar Injil; dan sebagian dari mereka juga maju ke depan mimbar untuk bersaksi bahwa Tuhan juga telah menyembuhkan penyakit-penyakit dan kecacatan mereka. Lawatan Roh Kudus selama tiga hari ke daerah tersebut telah dideskripsikan sebagai suatu hujan kebangkitan kembali. Kami percaya bahwa Tuhan yang perkasa tidak memerlukan pembelaan dari orang-orang yang menyembahNya. Tuhan yang punya nama besar harus mampu mempertahankan diriNya dan para pengikutNya. Kami teringat pada suatu peristiwa dalam Alkitab Perjanjian Lama yang dapat kami gunakan untuk menjelaskan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas. Ketika umat Israel kembali mengerjakan kebiasaan lama yang tercela dan mulai menyembah berhala, Gideon bangkit pada suatu malam dan merobohkan mezbah baal yang diimani Yoas, bapaknya. “Ketika orang-orang kota itu bangun pagi-pagi tanpaklah telah dirobohkan mezbah yang didirikan itu. Berkatalah mereka seorang kepada yang lain: “Siapakah yang melakukan hal ini? Setelah diperiksa dan ditanya-tanya, maka kata orang: ‘Gideon bin Yoas, dialah yang melakukan hal itu’. Sesudah itu berkatalah orang-orang kota itu kepada Yoas: ‘Bawalah anakmu itu ke luar, dia harus mati, karena ia telah merobohkan mezbah Baal dan karena ia telah menebang tiang berhala yang di dekatnya’. Tetapi jawab Yoas kepada semua orang yang mengerumuninya itu: ‘Kamu mau berjuang membela Baal? Atau kamu mau menolong dia? Siapa yang berjuang membela Baal akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal itu tuhan, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang’. Dia pada hari itu diberikan oranglah nama Yerubaal kepada Gideon, Karena kata orang: ‘Biarlah Baal berjuang dengan dia, setelah dirobohkannya mezbahnya itu”. (Hakim-hakim 6:28-32).

Kami rasa hukum Yoas, imam baal itu, dapat dijadikan suatu hukum internasional saat ini yaitu barangsiapa mengancam kehidupan dari seorang yang dianggap sebagai penghujat akan dihukum, barangsiapa membunuh, atau mempromosikan atau menghasut timbulnya pembunuhan atas orang yang dianggap kafir atau penghujat atau bidat harus dibunuh. Suatu bangsa yang melakukan hal tersebut akan diberi sanksi militer dari suatu negara adi kuasa. Sebagai umat Kristen, kami tidak perlu membela Tuhan kami.

Umat Muslim mengklaim bahwa mereka boleh menggunakan kekerasan jika Allah atau nabi mereka dihujat. Kalau mereka yakin bahwa seseorang sedang menghujat Allah atau merusak mezbah agama mereka dengan menggunakan sarana pena dan kertas tulis, mengapa mereka tidak membiarkan saja Allah yang berperang melawan sang penghujat? Kami rasa tindakan tersebut jauh lebih religius. Jika Allah seorang juruselamat, mengapa mereka harus menyelamatkanNya dari tangan orang kafir? Yang harus mereka lakukan adalah memberi nama baru kepada orang kafir itu dengan nama “Yeruballah” (seperti halnya Gideon yang dijuluki Yerubaal karena melawan Baal). Tuhan yang membutuhkan pembelaan dari makhluk manusia yang lemah tentunya bukanlah Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu kami mengajak teman-teman Muslim kami di seluruh dunia untuk meletakkan celurit, pdang, bom, pisau, korek api dan bensin mereka, dan biarkanlah Allah berperang melawan musuh-musuhNya yang disebut umat Kristen itu.

Menolong Tuhan Merupakan Suatu Perbuatan Dosa!
Ada sebuah cerita dalam Alkitab mengenai seorang bernama Uza yang hendak menolong Tuhan. Tabut Elohim diangkut dengan menggunakan gerobak yang dihela oleh lembu-lembu menuju ke kota Daud dengan diiringi 30.000 orang menari-nari dan menyanyi: “Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Elohim tersebut, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka Yahweh terhadap Uza, lalu Elohim membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat kabut Elohim itu” (2 samuel 6:6-7). Anda pasti heran mengapa hal itu terjadi. Kisah tersebut mengungkapkan bahwa ada seorang yang bersemangat dan giat hendak menolong kebesaran Tuhan (yang menurutnya sedang dalam bahaya). Dia merasa bahwa Tuhan sedang menghadapi aib/rasa malu; dia merasa bahwa reputasi Tuhan sedang dalam keadaan yang mengkhawatirkan; dia merasa bahwa Tuhan yang bertahta di antara kerubium di surga dapat jatuh dari tahtaNya, maka “Uza mengulurkan tangannya …” dan seketika itu juga Uza dihukum mati! Tentu saja Tuhan tidak berada di dalam tabut, tetapi tabut tersebut mencerminkan perjanjianNya dengan Israel dan kebesaranNya. Tuhan tidak akan pernah jatuh dari tahta kemulianNya. Tidak ada satupun penyembah berhala, tidak ada satupun filosof, tidak ada satupun penulis baik yang beragama Islam maupun yang beragama non-Islam mampu menjatuhkan Tuhan.

Jika umat Muslim mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang sesungguhnya, seharusnya mereka membiarkanNya membela diriNya sendiri dan berperang melawan musuh-musuhNya. Perlu diketahui bahwa apabila Allah adalah Tuhan yang sesungguhnya dan umat Muslim masih saja membela reputasiNya, mereka pasti akan menerima murka Tuhan. Hal tersebut sama artinya dengan pernyataan, “Oh, Allahku tidak berdaya dan aku harus berbuat sesuatu karena kalau tidak reputasiNya akan hancur lebur”. Pernyataan semacam itu tentu saja sangat tidak sopan di hadapan Allah (melecehkan kuasa Allah).