Kalau kita membaca Alkitab Perjanjian Lama kita akan jumpai tempat-tempat dimana peperangan pernah terjadi. Seseorang mungkin bertanya: mengapa ada peperangan-peperangan kalau memang Yahweh, tidak seperti Allah, adalah Tuhan yang cinta damai.
Yahweh memang Tuhan yang penuh kasih dan cinta damai, tetapi Dia juga Tuhan yang sangat benci dosa karena Dia adalah Tuhan yang Maha Suci. Kesucian Tuhan menuntutNya untuk memberi hukuman pada para pelaku dosa; namun Dia masih tetap menahan sabar melihat kekejian/kekejaman manusia tersebut.
Yahweh memberi kekuatan pada umat Israel untuk mengalahkan musuh-musuh mereka yang datang menyerang mereka (Alquranpun membenarkan hal tersebut, Surat 2:40, 47, 122), walaupun demikian hal tersebut tidak selalu berarti bahwa Tuhan mempunyai interes khusus terhadap umat Israel, Tuhan melakukan hal tersebut semata-mata karena Dia membenci dosa dan kekejaman yang dilakukan bangsa-bangsa lain (maksudnya bangsa-bangsa yang memusuhi Israel). Umat Israel menikmati anugerah Tuhan dalam Alkitab Perjanjian Lama semata-mata karena nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, dan Yakub adalah sahabat-sahabat Tuhan. Sementara bangsa-bangsa di berbagai bagian dunia yang lain menyembah pada berhala, membuat patung tuangan dan menyebutnya sebagai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, nenek moyang Israel tahu dan menyembah Tuhan yang benar dengan sepenuh hati mereka. Tuhan berkata, “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Yahweh, Elohimmu, adalah Tuhan yang cemburu, yang membalaskan kesalahan Bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu” (Ulangan 5:9-10).
Beberapa bangsa yang berperang melawan Israel telah dihancurkan karena mereka adalah kafir yang tidak mau menerima Yahweh sebagai Tuhan mereka, malahan mereka mencobai Israel untuk menyembah berhala-berhala (Bilangan 25:1-9; 31:1-3). Meskipun demikian, sejauh ini, Tuhan tidak pernah memerintahkan umat Israel untuk membunuh siapapun yang mereka jumpai di jalam dalam perjalanan mereka menuju tanah Kanaan. Bangsa-bangsa yang mendiami tanah Kanaan sebelumnya adalah bangsa-bangsa yang telah melakukan perbuatan dosa yang sungguh tidak terbilang banyaknya, dan mereka dengan mudah dapat mempengaruhi umat Israel agar berpaling dari Yahweh untuk kemudian menyembah berhala mereka, mempercayai astrologi, mengorbankan manusia untuk persembahan, terutama anak-anak mereka yang mereka bakar dengan api demi kesetiaan mereka terhadap berhala mereka. (Ulangan 12:30-31). Karena kesucianNya tersebut, Tuhan juga menjatuhkan hukuman kepada umat Israel atas dosa-doa mereka melakukan pemujaan kepada berhala seperti yang dilakukan oleh para penyembah berhala bangsa Moab. Tuhan telah memberi peringatan kepada bangsa Israel bahwa apabila mereka ikut-ikutan melakukan perbuatan jahat/najis seperti itu (memuja berhala), Tuhan sendiri akan memberi hukuman kepada mereka.
Pada kenyataannya, umat Israel jauh lebih menderita akibat perbuatan mereka menyembah berhala bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang melakukan hal serupa. Tuhan memperlakukan umat Israel jauh lebih keras bila dibandingkan dengan perbuatan Tuhan terhadap musuh-musuh bangsa Israel, karena Tuhan memilih bangsa ini untuk mendeklarasikan Tuhan ke seluruh dunia. Namun hak istimewa yang disandang oleh bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan tersebut justru membebani mereka dengan tanggung jawab yang sangat berat. Sementara itu ada banyak hal yang jahat dalam pemandangan Tuhan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain namun hukuman yang dijatuhkan kepada mereka sebagai bangsa tidak terlalu berat. Padahal kalau hal jahat tersebut dilakukan oleh umat Israel, hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepada bangsa Israel jauh lebih berat. Dengan perantaraan nabi Amos, Tuhan berfirman kepada bangsa Israel: “Dengarlah firman ini, yang diucapkan Yahweh tentang kamu, hai orang Israel, tentang segenap kaum yang telah Kutuntun keluar dari tanah Mesir, bunyinya: “Hanya kamu,yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu” (Amos 3:1-2). Jadi, dalam masalah ini tidak ada keberpihakan.
Hampir semua peperangan yang dilakukan Israel sesungguhnya merupakan peperangan yang tidak bisa dielakkan lagi. Sebagian besar bangsa-bangsa tersebut membenci Israel, seperti yang dilakukan oleh beberapa bangsa terhadap Israel saat ini. Pertempuran pertama yang dilakukan Israel merupakan suatu pertempuran yang disebabkan oleh adanya penyerangan yang dilakukan bangsa Amalek terhadap bangsa Israel. Sebetulnya ada jalan pintas dari Mesir menuju ke Kanaan, tetapi bangsa Amalek mendiami daerah itu dan mungkin akan memerangi bangsa Israel, dan Tuhan tidak menghendaki bangsa Israel berperang pada waktu itu. Maka Musa membawa mereka mengitari padang belantara yang tidak ada ujung rimbanya untuk menghindari konfrontasi, tetapi ketika umat Israel melepaskan lelah di Rafidim, orang-orang Amalek tiba-tiba menyerang mereka, semata-mata untuk menghancurkan Israel – tanpa alasan. Musa menghadap ke hadirat Tuhan untuk memohon petunjukNya dan kemudian mengutus Yosua dan beberapa orang pilihan untuk menuju ke medan perang; dan dengan pertolongan Tuhan, orang-orang Amalek dapat dikalahkan (Keluaran 17:8-113). “Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit” (Keluaran 17:14). Karena firman inilah, nantinya Tuhan memperintahkan Raja Saul untuk menghancurkan suku Amalek. Banyak dari bangsa-bangsa lain yang telah mendengar tentang kemasyuran perjuanagn Israel di Mesir tersebut kemudian mengambil keputusan untuk menyerang umat Israel kapanpun umat Israel memasuki tanah/wilayah kekuasaan mereka (bangsa-bangsa yang memusuhi Israel).
“Izinkanlah kami melalui negerimu; kami tidak akan berjalan melalui lading-ladang dan kebun-kebun anggurmu dan kami tidak akan minum air sumurmu; jalan besar saja akan kami jalani dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri sampai kami melalui batas daerahmu” (Bilangan 20:17). Demikianlah Musa memohon kepada Raja Edom, tetapi Raja Edom menolak, dan umat Israel harus balik lagi. “Raja negeri Arad, orang Kanaan yang tinggal di negeri Negeb, mendengar bahwa Israel datang dari jalan Atarin, lalu ia berperang melawan Israel, dan diangkutnya beberapa orang tawanan daripada mereka. Maka bernazarlah orang Israel kepada Yahweh, katanya: “Jika Engkau serahkan bangsa ini sama sekali ke dalam tangan kami, kami akan menumpas kota-kota mereka sampai binasa”. Yahweh mendengarkan permintaan orang Israel, lalu menyerahkan orang Kanaan itu; kemudian orang-orang itu dan kota-kotanya ditumpas sampai binasa. Itulah sebabnya tempat ini dinamai Horma” (Bilangan 21:1-3). Ini adalah pertempuran kedua yang dilakukan oleh Israel setelah mereka meninggalkan tanah Mesir.
Perhatikan pernyataan Alkitab berikut ini: “Kemudian orang Israel mengirim utusan kepada Sihon, raja orang Amori, dengan pesan: “Izinkanlah kami melalui negerimu, kami tidak akan menyimpang masuk ke lading dan kebun-kebun anggurmu, kami tidak akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan, sampai kami melalui batas daerahmu”. Tetapi Sihon tidak mengizinkan orang Israel berjalan melalui daerahnya, bahkan ia mengumpulkan seluruh laskarnya, lalu keluar ke padang gurun menghadapi orang Israel, dan sesampainya di Yahas, berperanglah ia melawan orang Israel. Tetapi orang Israel mengalahkan dia dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon samapi ke sungai Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani Amon itu kuat” (Bilangan 21:21-24). Perlu kami sampaikan bahwa alam Alkitab Perjanjian Baru tidak ada pernah ada laporan yang ditulis mengenai terjadinya pertempuran antara umat Kristen dengan orang-orang kafir. Umat Kristen pada masa itu selalu tunduk kepada para pimpinan pemerintahan yang kejam. Sebetulnya, salah satu alasan mengapa orang-orang Yahudi menolak Yesus adalah karena Yesus tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang hebat bagi orang Yahudi yang siap memimpin mereka untuk berperang melawan penindas-penindas mereka, yaitu orang-orang Romawi.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa dalam Alkitab Perjanjian Lama manakala umat Israel berdosa dan kemudian maju perang, mereka selalu kalah dan mati. Yosua 7, akibat dosa dari Akhan, merupakan contoh yang sangat tepat dalam masalah tersebut. Setelah kematian Yosua, “Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Yahweh, dan mereka beribadah kepada para Baal. Mereka meninggalkan Yahweh, Elohim nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti tuhan lain, dari tuhan bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Yahweh. Demikianlah mereka meninggalkan Yahweh dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret. Maka bangkitlah murka Yahweh terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka. Setiap kali mereka maju, tangan Yahweh melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh Yahweh dengan “sumpah”, sehingga mereka sangat terdesak” (Hakim-hakim 2:11-15). Oleh karena itu jelaslah bahwa sekalipun Tuhan ada bersama dengan umat Israel, Tuhan adalah suci sehingga Dia tidak akan pernah mentolerir dosa dalam situasi apapun baik dosa yang dilakukan umat Israel sendiri maupun oleh orang-orang non-Israel. Manakala dosa terjadi di kemah-kemah Israel, ribuan jiwa orang-orang Israel akan mati sebagai konsekuensinya.
Pada zaman Musa, ketika orang-orang Israel membuat suatu anak lembu tuangan untuk merepresentasikan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, Tuhan sangat murka kepada mereka dan Dia memutuskan untuk menumpahkan malapetaka kepada mereka dan membinasakan mereka dari muka bumi untuk selama-lamanya. Tuhan pasti telah melakukan tindakanNya untuk membinasakan Israel seandainya Musa tidak ikut campur tangan membela Israel: “Sesudah itu aku sujud di hadapan Yahweh, empat puluh hari empat puluh malam lamanya, seperti yang pertama kali – roti tidak kumakan dan air tidak kuminum – karena segala dosa yang telah kamu perbuat, yakni kamu melakukan apa yang jahat di maat Yahweh, sehingga kamu menimbulkan sakit hatiNya” (Ulangan 9:18). Walaupun Tuhan tidak membinasakan seluruh umat Israel pada hari itu, kira-kira 3000 orang Israel mati (Keluaran 32:28).
Suatu bangsa kafir atau kelompok orang kafir – baik yang paling modern maupun yang paling terbelakang – yang berpikir bahwa mereka dapat mengabaikan Sang Pencipta dan menyembah suatu benda atau apapun baik itu berupa kultur/budaya nenek moyang mereka, maupun berupa ciptaan Tuhan itu sendiri perlu mencamkan bahwa hukuman Tuhan yang sangat menakutkan pasti menimpa mereka, tidak peduli kapan hukuman tersebut akan dilaksanakan tetapi yang jelas hukuman pasti dijatuhkan atas mereka. “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat” (Pengkhotbah 8:11).
“Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka; bahwa Aku ini sederajad dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Elohim; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan” (Mazmur 50:21-22). “Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan” (Amsal 11:21). Dalam hal adanya keragu-raguan, dalam Kitab Ulangan 9:1-5, Tuhan menyatakan kepada orang-orang Israel bahwa Dia akan memusnahkan bangsa-bangsa yang mendiami daerah seberang sungai Yordan sampai ke Tanah Perjanjian. Itulah sebabnya Musa menyatakan pada mereka bahwa bukan karena jasa-jasa mereka yang membuat Tuhan mengusir bangsa-bangsa yang mendiami daerah seberang sungai Yordan sampai ke Tanah Perjanjian tersebut namun karena kefasikan bangsa-bangsa itu sendiri yang menyebabkan Tuhan menghalau mereka. Perhatikan firman Tuhan berikut ini: “Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa itulah, Yahweh, Elohimmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya Yahweh menepati janji yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub” (Ulangan 9:5).
Rasul Paulus menyatakan: “Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Roma 8:31). Tetapi Allah berkata perangilah orang-orang yang diberikan Al Kitab kepada mereka ( maksudnya orang-orang Yahudi dan Kristen; Surat 9:29). Nampaknya Allah sama seperti raja-raja Amori, raja Yerikho yaitu Adonizedek, dan semua orang yang melawan umat Yahudi.
‘Binasakan orang-orang Yahudi’ merupakan teriakan orang-orang kafir pada zaman Perjanjian Lama, dan teriakan tersebut masih terdengar pada hari ini. Teriakan tersebut adalah teriakan dari Haman dalam kitab Ester 3:8-9; teriakan itu adalah teriakan Adolf Hitler ketika dia membunuh lebih dari 6 juta orang Yahudi karena dia tidak mau melihat keberadaan umat Yahudi di dunia. Namun demikian kami perlu berterima kasih kepada Tuhan karena keturunan Abraham tidak akan lenyap dari muka bumi, tidak peduli seberapa besar rasa benci musuh-musuh orang Yahudi tersebut terhadap Yahweh. Pertanyaannya masih tetap sama: Siapakah Allah ini yang begitu marah/benci terhadap umat Yahudi, orang-orang pilihan Tuhan? Siapakah Allah ini yang dikumandangkan oleh Hitler?
Umat Yahudi bukan para penyembah berhala. Mereka memegang teguh hukum-hukum Tuhan yang disampaikan melalui Musa. Mereka bahkan kadang-kadang melaksanakan hukum melebihi dari yang diwajibkan, bahkan menambah lebih banyak beban bagi diri mereka sendiri. Manakala mereka terjebak untuk menyembah berhala, Tuhan mempunyai cara untuk menghukum mereka agar mereka menyadari kesalahan mereka. Sebagai suatu bangsa, umat Yahudi merupakan bangsa yang paling menderita di seluruh dunia – sejak masa perbudakan selama 430 tahun di Mesir sampai saat ini. Walaupun demikian mereka telah menyenangkan hati Tuhan sehingga juruselamat dunia diturunkan melalui seorang dari keturunan mereka. Hal tersebut adalah keputusan Tuhan dan tidak ada apapun atau siapapun dapat berbuat apa-apa lagi atas keputusan Tuhan itu. “ …… sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yohanes 4:22).
Ceritain apa ini!
BalasHapus